Pengertian Teks Cerita Fiksi : Contoh, Fungsi, Klasifikasi, Struktur Dan Unsur

3 min read

Unsur Unsur, Struktur, Klasifikasi, Fungsi, Contoh Dan Pengertian Teks Cerita Fiksi Menurut Para Ahli

Unsur Unsur, Struktur, Klasifikasi, Fungsi, Contoh Dan Pengertian Teks Cerita Fiksi Menurut Para Ahli

Pada posting kali ini kita akan mempelajari lebih dalam materi pelajaran bahasa indonesia mengenai Teks Cerita Fiksi. Dalam posting ini yang kita akan pelajari mencakup Unsur Unsur, Struktur, Klasifikasi, Fungsi, Contoh Dan Pengertian Teks Cerita Fiksi Menurut Para Ahli. Untuk itu bagi kalian yang berharap memahaminya lebih dalam dapat simak ulasan-ulasan dibawah ini.

Teks cerita fiksi merupakan karya sastra yang berisi perihal cerita rekaan atau didasari dengan angan angan atau fantasi dan bukan menurut kejadian kongkret, cuma menurut khayalan pengarang.

Teks cerita fiksi diwujudkan menurut hasil khayalan atau angan-angan pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh adat istiadat, pengalaman batin, filosofi, religiusitas dan latar belakang pengarang lainnya. Pikir pengarang teks cerita fiksi umumnya menurut pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan dan pengukuran lainnya kepada beraneka momen bagus kongkret ataupun hasil rekaan.

Pengertian Teks Cerita Fiksi
Teks cerita fiksi ialah cerita rekaan. Teks cerita fiksi diwujudkan menurut hasil olahan khayalan pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh adat istiadat, pengalaman batin, filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya.

Teks cerita fiksi merupakan cerita rekaan. Teks cerita fiksi dihasilkan atas dasar dari hasil olahan daya pikir dari pengarangnya secara artistik serta intens yang ditambahkan oleh kultur, pengalaman batin pengarang , filosofi, religiusitas, serta latar belakang pengarang lainnya.

Teks cerita fiksi merupakan salah satu tipe karya sastra yang berisikan cerita rekaan ulang hasil daya pikir pengarang. Imajinasi dari pengarang teks cerita fiksi tersebut dihasilkan berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, wawasan, kecendikiaan serta pengukurannya kepada suatu momen, baik momen riil maupun momen yang merupakan hasil rekaan semata.

Teks cerita fiksi yaitu salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil khayalan pengarang. Pikir pengarang teks cerita fiksi hal yang demikian diolah menurut pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan pengukurannya kepada beraneka momen, bagus momen kongkret ataupun momen hasil rekaan semata.

Struktur Teks Cerita Fiksi
Struktur teks cerita fiksi dalam novel tak berbeda dengan struktur cerpen. Secara keseluruhan, struktur yang membangun teks cerita fiksi dalam novel terdiri dari abstra, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Tapi, tak sedikit juga teks cerita fiksi dalam novel yang cuma berstrukturkan orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi. Untuk lebih jelasnya dapat simak dibawah.
Imajiner, komponen ini hanyalah opsional boleh ada maupun tak.

Struktur teks cerita fiksi dalam novel hampir sama dengan struktur cerpen. Dari keseluruhannya, struktur yang membangun teks cerita fiksi sama persis seperti struktur teks cerpen merupakan terdiri dari imajiner, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Untuk penjelasan dari tiap struktur dapat kalian baca ulasan dibawah ini.

Komponen ini yaitu inti dari dari teks cerita fiksi.

Orientasi, pada komponen ini berisi pengenalawan tema, latar dan juga tokoh. Tahap orientasi ini yaitu komponen permulaan dari sebuah teks cerita fiksi dalam novel.
Komplikasi, yaitu klimaks dari teks cerita fiksi sebab pada komponen ini mulai timbul beraneka situasi sulit.
Evaluasi, yaitu komponen yang berisi mulai munculnya pemecahan dan penyelesaian permasalahan.
Resolusi, yaitu komponen berisi pemecahan permasalahan dari permasalahan yang dialami tokoh.
Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan-pesan positif yang dapat dipetik dari teks cerita fiksi.

Struktur Unsur Unsur Teks Cerita Fiksi
Adapun struktur teks cerita fiksi, diantaranya sebagai berikut:
a. Imajiner, ialah komponen opsional atau boleh ada atau tak ada. Komponen ini menjadi inti sebuah teks cerita fiksi.
b. Orientasi, ialah komponen yang berisi perihal pengenalan tema, latar belakang tema serta tokoh-tokoh didalam novel. Berlokasi pada komponen permulaan dan menjadi penjelasan dari teks cerita fiksi dalam novel.
c. Komplikasi, ialah klimaks dari teks cerita fiksi sebab pada komponen ini mulai timbul beraneka situasi sulit, umumnya komplikasi suatu novel menjadi energi tarik tersendiri bagi pembaca.
d. Evaluasi, ialah komponen dalam teks naskah novel yang berisi munculnya pembahasan pemecahan atau penyelesaian permasalahan.
e. Resolusi, ialah komponen yang berisi inti pemecahan permasalahan dari permasalahan yang dialami tokoh utama.
f. Koda (reorientasi), ialah komponen yang berisi amanat dan pesan akhlak positif yang bisa dipetik dari sebuah teks cerita fiksi.
Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fiksi
Adapun kaidah atau tata bahasa dalam teks cerita fiski ialah:
a. Metafora, ialah perumpamaan yang acap kali dipakai untuk membandingi sebuah benda atau menandakan secara segera atas dasar sifat yang sama.
b. Metonimia, ialah gaya bahasa yang dipakai, kata tertentu dipakai sebagai substitusi kata yang sebetulnya, melainkan pengaplikasiannya cuma pada kata yang mempunyai pertalian yang seperti itu dekat.
c. Simile (persamaan), ini dipakai sebagai perbanding yang bersifat eksplisit dengan maksud mengucapkan sesuatu hal dengan hal lainnya. Semisal: semisal, sepantasnya, laksana, dan lain-lain.

Jenis Jenis Teks Cerita Fiksi
Terdapat 3 ragam variasi teks cerita fiksi ialah:

  1. Novel
    Novel ialah variasi karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif
  2. Cerpen
    Cerpen ialah variasi karya prosa naratif fiktif yang cenderung padat dan segera pada tujuannya.
  3. Roman
    Roman ialah variasi karya sastra prosa fiktif yang menyebutkan kehidupan seseorang atau golongan tokoh mulai dari lahir sampai kematian.
    Faktor-Faktor Teks Cerita Fiksi
    Faktor Intrinsik Teks Cerita Fiksi
    a. Tema ialah gagasan dasar awam yang menyangga suatu karya sastra yang terkandung dalam teks.
    b. Tokoh atau pelaku dalam cerita fiksi hal yang demikian, tokoh ada 2 ialah tokoh utama dan tokoh tambahan.
    c. Alur/Plot ialah urutan kejadian cerita, tiap-tiap kejadian hal yang demikian cuma dikaitkan secara karena pengaruh.
    d. Perselisihan atau situasi sulit yang terjadi dalam cerita.
    e. Klimaks atau dimana sebuah perselisihan menempuh ingkat intensitas tinggi dan hal ini tak bisa dihindari.
    f. Latar, ialah daerah, eaktu dan lingkungan sosial daerah terjadinya momen yang disebutkan.
    g. Amanat, ialah pesan yang dikasih pengarang kepada keadaan sulit yang disebutkan.
    h. Sudut pandang ialah sistem pandang pengarang dalam memperkenalkan tokoh, perbuatan, latar dan beraneka momen yang menyusun cerita hal yang demikian terhadap pembaca.,
    i. Penokohan ialah teknik atau sistem menampakkan tokoh
    j. Kesatuan
    k. Akal
    l. Penafsiran
    m. Gaya
    Faktor Ekstrinsik Teks Cerita Fiksi
    a. Situasi subjektivitas individu pengarang yang mempunyai sikap.
    b. Keyakinan.
    c. Pandangan hidup yang keseluruhan akan memberi pengaruh karya yang ditulisnya.
    d. Psikologi, bagus berupa psikologi pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial
    e. Pandangan hidup suatu bangsa.
    f. Beraneka karya seni lain dan lain sebagainya.

Kaidah Dan Fungsi Kebahasaan Teks Cerita Fiksi
Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi yaitu salah satu sistem supaya kita bisa mengenal apakah teks hal yang demikian termasuk kedalam teks cerita fiksi dalam novel atau bukan. Teks cerita fiksi mempunyai 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai berikut.
Metafora, yaitu majas perumpamaan yang membandingi benda dengan melukiskan secara segera atas dasar sifat yang sama.

Baca Juga: Sejarah kerajaan Malaka : Faktor, Peristiwa, Raja Dan Letak Geografis

Metonimia, yaitu gaya bahasa yang mengaplikasikan kata tertentu sebagai substitusi kata sebetulnya sebab mempunyai pertalian yang seperti itu dekat.
Simile (persamaan), yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud mengucapkan sesuatu saa dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata pembanding seperti, semisal, laksana, sepantasnya, dan sebagainya