Daftar Isi
Doa Buka Puasa Yang Shahih Dan Benar Sesuai Sunnah Lengkap Beserta Artinya
Doa Buka Puasa – Kita semua disunahkan membaca doa berbuka puasa. Tentu saja doa ini berlaku bagi mereka yang berbuka puasa. Lantaran isi doanya menyatakan bahwa yang berdoa itu memang berpuasa. Doa berbuka puasa ini memang dianjurkan mengingat hampir segala kegiatan digantungkan pada doa.
Refrensi Saya ambil dari beberapa versi dari beberapa website, Jadi Kamu bisa baca semuanya, lalu bisa langsung kunjungi sumbernya kalau ada yang cocok,Kalau ada kekeliruan silahkan berkomentar, Karena semua isi dari doa buka puasa diketik manual, dengan bahasa sendiri.
Doa Buka Puasa Sesuai Sunnah (Muslimah.or.id)
Perlu dikenal bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika ia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Dikala berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah memecahkan ibadahnya dalam situasi patuh dan merendahkan diri. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194)
Masyhur, tidak selamanya jadi jaminan. Begitulah yang terjadi pada “doa berbuka puasa”. Doa yang selama ini familiar di masyarakat, belum tentu shahih derajatnya.
Terkabulnya doa dan ditetapkannya pahala di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dari tiap doa yang kita panjatkan tentunya adalah keinginan kita segala. Kali ini, mari kita menganalisis secara ringkas, doa berbuka puasa yang familiar di tengah masyarakat, kemudian membandingkannya dengan yang shahih. Sesudah mengenal ilmunya nanti, gampang-mudahan kita akan mengamalkannya. Amin.
Doa Berbuka Puasa yang Familiar di Tengah Masyarakat
Lafazh pertama:
اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت
”Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”
Doa ini adalah komponen dari hadits dengan redaksi komplit sebagai berikut:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ، أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Dari Mu’adz bin Zuhrah, sebenarnya telah sampai riwayat kepadanya bahwa sebenarnya kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu-ed’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka).”[1]
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, dan diukur dhaif oleh Syekh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud.
Penulis kitab Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan menuturkan, “(Hadits ini) diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya (2/316, no. 358). Abu Daud berkata, ‘Musaddad telah menyebutkan kepada kami, Hasyim telah menyebutkan kepada kami dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya ia memberi tahu, ‘Sebenarnya kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau menyatakan, ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.’”[2]
Mua’dz ini tidaklah dianggap sebagai perawi yang tsiqah, kecuali oleh Ibnu Hibban yang telah menyebutkan tentangnya di dalam Ats-Tsiqat dan dalam At-Tabi’in min Ar-Rawah, sebagaimana al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzib at-Tahdzib (8/224).[2]
Dan seperti kita tahu bersama bahwa Ibnu Hibban dikenal oleh para ulama sebagai orang yang mutasahil, adalah bermudah-mudahan dalam menshohihkan hadits-ed.
Keterangan lainnya menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal adalah hadits dho’if karena karena sanad yang terputus. Syaikh Al Albani malah berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if.[3]
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Tapi sanadnya terdapat perowi dho’if adalah Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berbohong). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani malah mengatakan riwayat ini dho’if.[4]
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.[5]
Lafazh kedua:
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت
“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka).”
Mulla ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan ‘wa bika aamantu‘ adalah tambahan yang tidak dikenal sanadnya, padahal makna do’a tersebut shahih.”[6]
Artinya do’a dengan lafazh kedua ini malah adalah do’a yang dho’if sehingga amalan tidak dapat dibangun dengan do’a tersebut.
Berbuka Puasalah dengan Doa-doa Berikut Ini
Do’a pertama:
Terdapat sebuah hadits shahih tentang doa berbuka puasa, yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah-ed.”
[Sudah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, kalau Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) [7]
Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada permulaan hadits terdapat redaksi, “Abdullah bin Umar berkata, ‘Kalau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau menyatakan ….‘”
Kalau dimaksud dengan إذا أفطر adalah setelah makan atau minum yang menandakan bahwa orang yang berpuasa tersebut telah “membatalkan” puasanya (berbuka puasa, pen) pada waktunya (waktu berbuka, pen). Oleh karena itu doa ini tidak dibaca sebelum makan atau minum ketika berbuka. Sebelum makan konsisten membaca basmalah, ucapan “bismillah” sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Kalau salah seorang di antara kalian makan, karenanya hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Kalau ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di permulaan, hendaklah ia menyatakan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada permulaan dan alhasil)”. (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)
Adapun ucapan وثبت الأجر maksudnya “telah hilanglah kelelahan dan telah diperolehlah pahala”, ini adalah bentuk motivasi untuk beribadah. Ramadhan, kelelahan menjadi hilang dan pergi, dan pahala berjumlah banyak telah ditetapkan bagi orang yang telah berpuasa tersebut.
Do’a kedua:
Adapun doa yang lain yang adalah atsar dari perkataan Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma adalah,
اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْألُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أنْ تَغْفِرَ لِيْ
“Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii-ed”
[Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang mencakup segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku](HR. Ibnu Majah: 1/557, no. 1753; diukur hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342) [8]
—
[1] Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Kitab ash-Shaum, Bab al-Qaul ‘inda al-Ifthar, hadits no. 2358.
[2] Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, hlm. 74-75.
[3] Lihat Irwaul Gholil, 4/38-ed.
[4] Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38-ed.
[5] Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45-ed.
[6] Mirqotul Mafatih, 6/304-ed.
[7] Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 176.
[8] Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 177.
Ramadhan:
Irwaul Gholil fii Takhrij Ahadits Manaris Sabil, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Al Maktab Al Islami, cetakan kedua, 1405 H
Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih, Mala ‘Ali Al Qori, Asy Syamilah.
Syarah Hisnul Muslim, Majdi bin ‘Abdul Wahhab al-Ahmad, Disempurnakan dan Dita’liq oleh Penulis Hisnul Muslim (Syekh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani).
Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Syekh Muhammad Nashirudin al-Albani, Maktabah al-Ma’bijaksana, diunduh dari www.waqfeya.com (URL: http://s203841464.onlinehome.us/waqfeya/books/22/32/sdsunnd.rar)
Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, Syekh Abdullah Muhammad al-Hamidi, Dar Ibnu Hazm, diunduh dari www.waqfeya.com (URL: http://ia311036.us.archive.org/0/items/waq57114/57114.pdf)aadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Tahqiq: Syaikh ‘Abdul Qodir ‘Arfan, Darul Fikr, cetakan pertama, 1424 H (jilid kedua).
Sumber: https://muslimah.or.id/1050-doa-berbuka-puasa-yang-shahih.html
Doa Buka Puasa Yang Benar (http://rizkipradana.blogspot.com/)
Adapun do’a berbuka yang tersebar dan populer di tengah-tengah kaum muslimin adalah,
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)”
Riwayat di atas dikeluarkan oleh Abu Daud dalam sunannya no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal adalah hadits dho’if karena karena sanad yang terputus. Syaikh Al Albani malah berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/38)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Tapi sanadnya terdapat perowi dho’if adalah Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berbohong). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani malah mengatakan riwayat ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38)
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45)
Meski, do’a “Allahumma laka shumtu …” berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).
Belakangan doa berbuka puasa yang dianjurkan adalah sebagai berikut
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca do’a berikut ini,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dzahabadh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah berair, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)” (HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
doa dalam hadist inilah yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan di ketika kita bebuka puasa.
Wallahua\\’lam bish showab
Sumber: http://rizkipradana.blogspot.com/2013/07/doa-berbuka-puasa-yang-dianjurkan-rosul.html
Doa Berbuka Puasa Dan Artinya ( https://islam.nu.or.id/ )
Menurut ini doa berbuka puasa yang telah lama diamalkan oleh masyarakat dipersoalkan oleh beberapa pihak. Dia mereka, doa yang awam dibaca masyarakat, adalah “Allâhumma laka shumtu wa bika âmantu wa ‘alâ rizqika afthartu,” didukung oleh hadits yang dhaif. Sejumlah pihak ini menawarkan pilihan lafal doa yang didukung hadits shahih riwayat Abu Dawud, adalah “Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah.”
Pertanyaannya apakah benar doa berbuka puasa yang diamalkan oleh masyarakat selama ini cuma bersandar pada hadits yang dhaif? Apakah benar kualitas hadits riwayat Abu Dawud berhubungan doa berbuka puasa lebih shahih dibandingkan hadits yang diamalkan oleh masyarakat selama ini? Mari kita amati keterangan berikut ini.
Baca Juga: Doa Menyembuhkan Segala Penyakit Dengan Air Putih
Hadits komplit riwayat Abu Dawud berbunyi sebagai berikut: حدثنا عبد الله بن محمد بن يحيى أبو محمد حدثنا علي بن الحسن أخبرني الحسين بن واقد حدثنا مروان يعني ابن سالم المقفع قال رأيت ابن عمر يقبض على لحيته فيقطع ما زاد على الكف وقال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله Artinya, “Kami mendapat riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya, adalah Abu Muhammad, kami mendapat riwayat dari Ali bin Hasan, kami mendapat riwayat dari Husein bin Waqid, kami mendapat riwayat dari Marwan, adalah Bin Salim Al-Muqaffa‘, ia berkata bahwa aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya, lalu memangkas sisanya.
Kalau berkata, Rasulullah kalau berbuka puasa membaca, ‘Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah’,” (HR Abu Dawud) Sementara doa berbuka puasa yang kerap diamalkan masyarakat, adalah “Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu,” bersumber dari riwayat Imam Bukhari dan Muslim sebagai keterangan Syekh M Khatib As-Syarbini berikut ini: وأن يقول عقب فطره اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت لانه صلى الله عليه وسلم كان يقول ذلك رواه الشيخان Artinya, “(Mereka yang berpuasa) dianjurkan setelah berbuka membaca, ‘Allâhumma laka shumtu, wa ‘alâ rizqika afthartu.’
Pasalnya, Rasulullah SAW menyatakan doa ini yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,” (Lihat Syekh M Khatib As-Syarbini, Al-Iqna pada Hamisy Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385). Sebab ingin dipandang tingkat originalitasnya, doa riwayat Bukhari dan Muslim terang lebih shahih dibandingkan sekadar riwayat Abu Dawud menurut kesepakatan ulama spesialis hadits.
Dari sini telah terang bahwa doa yang diamalkan masyarakat selama ini telah benar dan didukung oleh hadis yang shahih dan kuat. Lalu bagaimana dengan doa riwayat Abu Dawud? Sebab juga mengenal ada doa dari riwayat perawi lainnya, ulama dari Madzhab Syafi’i menggabungkan doa riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan doa riwayat Abu Dawud. Duhai diceritakan Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyatul Bujairimi berikut ini: اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ( ويسن أن يزيد على ذلك وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ. يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ. Artinya, “(Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu) dianjurkan menambahkan lafal, wa bika âmantu, wa bika wa ‘alaika tawakkaltu.
Baca Juga: Amalan Doa Ampuh Bacaan Sholawat Kun Fayakun
Dzahabaz zhama’u, wabtallatil ‘urûqu, wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yâ wâsi‘al fadhli, ighfir lî. Alhamdulillâhil ladzî hadânî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385). Artinya, “Tuhanku, cuma untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Seluruh dan kepada-Mu aku berpasrah.
Dahaga telah pergi. Urat-urat telah berair. Dan insya Allah pahala telah konsisten. Tuhan Zat Kalau Luas Karunia, ampuni aku. Anjuran puji bagi Selain yang memberi tanda padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Selain yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya.” Dari keterangan ini, kita dapat menarik inti sari bahwa para ulama terdahulu benar-benar bijaksana dalam memecahkan perbedaan riwayat. Mereka menggabungkan dua riwayat yang berbeda tanpa menegasikan, menyalahkan, atau mengecilkan riwayat lain.
Gabungan dua riwayat ini kemudian disuguhkan kepada masyarakat yang kemudian diamalkan turun-temurun oleh mereka sampai kini. Doa ini dibaca setelah setelah mereka membatalkan puasanya. kami, sebaiknya kita tidak perlu membesar-besarkan perbedaan.
Kita sebaiknya tidak menyalahkan doa berbuka puasa masyarakat, terutama amalan mereka didukung oleh hadits yang lebih shahih dibandingkan doa pilihan yang merek tawarkan. itu, sebaiknya kita mencari titik temu pada dua riwayat yang berbeda. Kebijaksanaan ini yang menjadi warisan para ulama terdahulu. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Baca Juga: Doa Agar Anak Cerdas Otaknya Dan Kuat Hafalan Dalam Semua Pelajaran
Refrensi Website: (Diketik Manual Dengan Bahasa Sendiri)
Sumber: https://muslimah.or.id/1050-doa-berbuka-puasa-yang-shahih.html
Sumber: http://rizkipradana.blogspot.com/2013/07/doa-berbuka-puasa-yang-dianjurkan-rosul.html
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/90601/ini-penjelasan-tentang-kontroversi-doa-berbuka-puasa
Jika Ada yang tidak suka atau menganggap ada kesalahan silahkan berkomentar, saya mohon maaf sebesar besar, Astaghfirullah.