Wakil, Tokoh, Dampak, Delegasi Dan Sejarah Isi Perjanjian Kalijati
Apa itu perjanjian kalijati ? Perjanjian Kalijati yaitu perjanjian antara Kekaisaran Jepang dan Kerajaan Belanda perihal posisi Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 8 Maret 1942, di desa Kalijati, kecamatan Subang, provinsi Jawa Barat.
Perjanjian Kalijati ini bermula dari pasukan Belanda di Indonesia, yang diserang oleh pasukan Jepang pada tanggal 1 Maret 1942. Pada tanggal tersebut, pasukan AL jepang berhasil mendarat di Pantai Eretan, Indramayu dan berhasil merebut satu per satu benteng pertahanan Belanda di Indonesia. Dalam waktu seminggu, benteng pertahanan Belanda di Indonesia berhasil ditaklukkan oleh Jepang.
Karena tidak mempunyai kekuatan dan pasukannya telah tercerai berai, Belanda pun harus menandatangani perjanjian Kalijati. Perjanjian Kalijati sendiri berisikan penyerahan wilayah jajahan Belanda (yakni Indonesia) tanpa syarat kepada Jepang. Dengan adanya penandatanganan ini, berarti berakhirnya penjajahan Belanda dan secara resmi Jepang kemudian menjajah Indonesia.
Pada hari Minggu malam jam 23.00, tgl 8 Maret 1942 radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij) yang memancarkan gelombangnya melalui stasiun darurat di Ciumbuluit untuk terahir kalinya menyiarkan siarannya kedunia bebas. Penyiar Bert Garthoff sempat memberikan salam terahir :
“Wij sluiten nu. Vaarwel, tot betere tijden. Leve de Koningin !” yang artinya : “Kami tutup siaran ini sekarang, selamat berpisah, hingga berjumpa kembali diwaktu yang lebih baik. Hidup Sri Ratu !”
Beberapa jam sebelumnya, pada hari Minggu sore jam 17.15 memang telah terjadi insiden besar yaitu Kapitulasi Belanda kepada Jepang bertempat dilapangan terbang militer Kalijati Subang. Semua insiden ini merupakan kelanjutan serangan Jepang ke Asia Tenggara dalam rangka Perang Pasifik yang mereka namakan “Perang Asia Timur Raya” atau “Dai Toa Shenso”.
Sejak serangan ke Pearl Harbor tgl 7 Desember 1941, pukulan ke Selatan kekuatan militer Jepang selanjutnya nampaknya tidak banyak mengalami hambatan. Dalam waktu singkat, Bastion Inggris yaitu Hongkong dan Singapura segera jatuh. Demikian pula Filipina sebagai benteng Amerika dan terahir Hindia Belanda yang merupakan Imperium Kerajaan Belanda. Kekuasaan militer Barat nampak dengan gampang menjadi bulan-bulanan pasukan kate dari Utara ini.
Dan yang paling tragis yaitu kekuasaan militer sekutu ABDA (American, British, Dutch dan Australia) di Jawa dengan gampang dipatahkan dalam waktu 5 hari saja. Sebenarnya Komando ABDA (ABDACOM) pada sekitar pertengahan Februari 1942 sudah dibubarkan yang kemudian disusul perginya Laksamana Sir Archibald Wavell selaku pimpinan ABDA.
Selanjutnya kekuatan sekutu lainnya berada dibawah pimpinan Panglima tertinggi militer Belanda. Sebagaimana konstitusi, yang menjadi Panglima tertinggi yaitu Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Dalam perkembangan selanjutnya dimana peperangan telah dimenangkan Jepang diberbagai daerah dan mereka sedang menuju Jawa, pada tgl 4 Maret 1942 pimpinan tertinggi militer Hindia Belanda, telah diserah terimakan kepada Panglima KNIL, Let.Jen Terporten.
Oleh alasannya yaitu itulah dalam Kapitulasi Kalijati, bertindak sebagai penyerah kekuasaan dari pihak Belanda pada ketika itu yaitu Panglima tentara sekutu di Hindia Belanda, Let.Jen Terporten. Sedangkan dari pihak Jepang sebagai peserta yaitu Let.Jen Hithoshi Immura, panglima tentara ke 16 kerajaan Jepang yang ditugaskan di Pulau Jawa.
Isi Perjanjian Kalijati
Pada hari ini (tgl 8 Maret 1942) tidak begitu banyak yang dibicarakan terutama alasannya yaitu pertemuan resmi gres terjadi sesudah hampir jam 18.00. Tetapi yang niscaya pernyataan mengalah terjadi pada tgl 8 Maret 1942.
Hari tersebut sungguh berat bagi kelompok Belanda. Apalagi petinggi Hindia Belanda ini baik sipil maupun militer termasuk Gubernur Jenderalnya disuruh menunggu semenjak pagi hari alasannya yaitu harus menanti tibanya Let.Jen Imamura yang terlambat dan gres tiba pada jam 17.00 di Kalijati.
Mereka mengalami tekanan fisik dan mental tanpa diberikan masakan serta sempat mengalami derasnya hujan yang terjadi menjelang sore hari. Esok harinya Senin tgl 9 Maret 1942, jam 6.00 pagi NIROM ternyata masih membuka siarannya dengan lagu kebangsaan “Wilhelmus”.
Kemudian pada jam 6.30 dilanjutkan dengan pengumuman resmi pemerintah yang disampaikan oleh seorang perwira tinggi dari staf Jenderal atas nama Panglima, perihal “ penghentian perang dan penyerahan militer”. Masih dikumandangkannya lagu Wilhelmus hingga tanggal 18 Maret 1942 ternyata berbuntut panjang. Pihak penguasa Jepang menganggapnya sebagai pembangkangan yang berakibat ikut campurnya pihak Kempe Tai (polisi militer).
Sejumlah petugas radio ditangkap dan sebagian dari mereka atas perintah Imamura dipancung kepalanya dengan Samurai di Ancol, termasuk kepala siaran umum P.Kusters. Tgl 9 Maret negosiasi dilanjutkan tampa turut sertanya Gubernur Jenderal, Perundingan ditutup dengan penandatanganan pernyataan kekalahan perang oleh pihak Belanda mewakili pasukan sekutu di Indonesia.
Ada misteri perihal insiden besar ini. Pihak Jepang menciptakan pernyataan yang mampu dibaca dalam memoir Jenderal Imamura bahwa disamping dukumen kekuatan sekutu di Indonesia, sempat ditandatangani protocol Kapitulasi atau penyerahan dari Belanda kepada Jepang. Tapi pihak Belanda menyangkal hal tersebut, seolah penyerahan total secara tertulis tidak pernah terjadi. Apalagi menjelang berahirnya kekuasaan Jepang pada tahun 1945, banyak sekali dokumen-dokumen yang dibakar.
Mungkin dokumen itu terdapat didalamnya. Gubernur Jenderal Mr A.W.L Tjarda van Starkenborgh nampaknya tidak terlibat pribadi dalam Kapitulasi ini alasannya yaitu disini terjadi semacam tipu akal busuk politik yang menggambarkan seakan-akan Pemerintah Hindia Belanda tidak pernah mengalah kepada Jepang. Apa yang terjadi di Kalijati semata-mata hanya penyerahan fihak militer sekutu saja yang diwakili Let.Jen Terporten. Hal ini cukup beralasan alasannya yaitu 3 hal.
Yaitu perintah dari Sri Ratu Belanda semoga Hindia Belanda tidak menyerah. Yang kedua semenjak tanggal 4 Maret 1942 Gubernur Jenderal tidak lagi menjabat Panglima Tertinggi Angkatan Perang Hindia belanda, dan yang ketiga antara tgl 5-7 Maret, sejumlah pimpinan Pemerintahan Hindia Belanda yang diketuai Letnan Gubernur Jenderal van Mook telah hijrah ke Australia.
Mereka mendirikan Pemerintahan Hindia Belanda dalam pengasingan, tepatnya dikota Brisbane, Namun dalam negosiasi di Kalijati tgl 8 Maret 1942, pihak Jepang tidak mau tau apa yang terjadi di Hindia dan menganggap secara defakto maupun dejure Imperium Nederland di timur jauh ini sudah takluk kepada Kekaisaran Jepang. Mungkin saja sebagai jago hukum, Starkenborgh menganggap pemerintahan sipil mampu berjalan terus dibawah kekuasaan militer Jepang, tapi itu hanya mimpi sejenak disiang bolong.
Penandatanganan Kalijati ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Starchouwer dan Panglima Tentara Belanda Letjen Heindrik Ter Poorten. Selain itu, penandatanganan perjanjian ini di saksikan oleh Komandan Gurita Barat Jenderal Hitoshi Imamura.
Setelah berhasil menduduki Indonesia, Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer di Indonesia, yang terdiri dari:
1.) Pemerintah Tentara Ke-16 AD dengan wilayah Jawa, Madura yang berpusat di Jakarta.
2.) Pemerintah Tentara ke-25 AD dengan wilayah Sumatera, yang berpusat di Bukittinggi.
3.) Pemerintah Armada AL dengan wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, yang berpusat di Makassar.
Ketiga wilayah pemerintahan Jepang tersebut kemudian dipimpin oleh Kepala Staf dengan gelar GUNSEIKAN.
etelah hampir sebulan lamanya mengalami tahanan rumah, Pada tgl 6 April 1942 malam hari Starkenborg bersama seluruh stafnya diangkut dan dipenjara dirumah tahanan “Soekamiskin”. Sebuah penjara kolonial yang pernah memenjarakan Ir Soekarno.
Dan 11 hari kemudian, pada tanggal 17 April rombongan tawanan para pemimpin Pemerintah Hindia Belanda dibawa ke Batavia dimana mereka dibagi dua. Para anggota militer ditawan di battalion X (jl Kwini sekarang) dan yang sipil ditawan dipenjara Struyswijck (penjara Salemba).
Baca Juga : Dampak Dan Tujuan Isi Perjanjian
Starkenborgh termasuk yang ditawan di battalion X. Menjelang ahir perang (tahun 1944) dirinya dievakuasi dari Jawa dan secara belakang layar ditawan di Manchuria hingga dibebaskan pasukan Amerika Serikat pada tahun 1945. Dokumen tertulis mengenai insiden Kapitulasi Belanda kepada Jepang pada tanggal 8 dan 9 Maret 1942 dilapangan Kalijati Subang hampir tidak pernah ditemui.