Latar Belakang, Dampak, Tokoh Dan Sejarah Isi Perjanjian Tuntang (Kapitulasi Tuntang)
Apa Itu Perjanjian Tuntang? Penjajah sungguh licin dan licik dalam usahanya menguasai keraton yogyakarta. Dengan melaksanakan sebuah perjanjian, mereka menyiapkan draf yang tentu menguntungkan segala kepentingannya.
Berbagai cara mereka lakukan, mirip menyogok, menghasut, mengadu domba, menjebak dan merampas secara terang-terangan. Hasil pejanjian yang ditekan dengan penuh intrik dan siasat itu dipakai alasan konstitusional, seolah-seolah tindakannya benar.
Kaputilasi Tuntang terjadi pada tanggal 11 September 1811. Isi Perjanjian Kapitulasi Tuntang :
- Semua kekuasaan militer dari Belanda yang ada di daerah Asia Tenggara harus diserahkan kepada Inggris.
- Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris
- Pulau Jawa, Pulau Madura, dan pangkaan Belanda yang ada di luar Jawa menjadi milik kekuasaan Inggris.
Yang menandatangani isi Perjanjian Kapitulasi Tuntang yaitu Jenderal Jasens dari Belanda dan Jenderal Lord Minto dari Inggris.
Penyebab terjadinya Perjanjian Kapitulasi Tuntang
Penyebab terjadinya Perjanjian Kapitulasi Tuntang yaitu Belanda mengalah kepada Inggris yang telah menduduki Batavia (sekarang Jakarta). Pada bulan agustus 1811 Inggris mendarat disana dengan pimpinan Lord Minto.
Pada waktu itu pemerintahan Belanda di Indonesia dipimpin oleh Jenderal Jassens pada tahun 1811 yang menggantikan Jenderal Daendels. Daendels sendiri ditarik kembali oleh pemerintahan Belanda lantaran dianggap telah menjual tanah-tanah negara kepada pihak swasta. Selain itu Daendels banyak dibenci oleh sesama orang Belanda lantaran populer dengan tangan besi (kejam terhadap rakyat pribumi).
Mengapa Perjanjian Kapitulasi Tuntang terjadi?
Akhirnya pada tanggal 11 September 1811 Belanda yang dipimpin oleh Jasens di Indonesia mengalah kepada Belanda dan terjadi Perjanjian Kapitulasi Tuntang yang diambil dari nama Tuntang di Jawa Barat sebagai tempat terjadinya perjanjian tersebut.
Karena ada perjanjian tersebut, terjadi perubahan yang besar bagi Indonesia lantaran menjadi wilayah kekuasaan EIC (Inggris) yang berpusat di Calcuta, India.
Pada bulan agustus 1811 orang-orang inggris telah mendarat di “batavia” dan menyerbu terus ke “meester-cornelis”. Dalam keadaan sedemikian kedua orang tersebut pergi ke bogor. Jansens tidak mampu mempertahankan diri terhadap balatentara inggris kemudian memindahkan markas besarnya ke semarang.
Pangeran notokusumo dan anaknya turut pergi ke semarang. Meskipun dibantu oleh prajurit-prajurit sunan, kanjeng sinuwun dan mangkunegara, jndral jansens terpaksa menyerah, oleh lantaran sebagian besar dari tentara adonan itu melarikan diri. Pertahanan di serondol, kunci pertahanan jansens, digempur oleh inggris dan pada tanggal 18 september 1811.
Penyerahan tuntang, 18 september 1811, ditandatangani oleh gubernur jendral jansens dan letnan jendral sir samuel arehmutty. Ketika tentara inggris mendarat di semarang, kedua orang itu diberikan perintah pergike surabaya dan berada disana, saat penyerahan di tuntang dilakukan.
Isi perjanjian tuntang :
Jawa dan semua pangkalan-pangkalan (madura, palembang, makasar, sunda kecil) diserahkan kepada inggris.
Militer-militer pada pihak kompeni menjadi tawanan.
Pegawai sipil yang ingin, mampu bekerja terus dalam gupernemen inggris.
Isi Perjanjian Tuntang
Berdasarkan peraturan itu, engelhard tetap menjadi “minister” (soekanto, 1952). Sudah diduga bahwa isi perjanjian tuntang itu tetap merugikan kraton yogyakarta.
Pada tanggal 23 september 1811, kapten robinson (robinson) berdasarkan babad tuan gopf – tiba ke yogyakarta dengan pengumuman bahwa peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh daendles tetap berlaku dan keadaan-keadaan dihentikan diubah.
Akan tetapi sunan hamangkubuono ii tidak memperdulikan perintah itu, mudah semua pemerintahan kerajaan dia jalankan seniri lagi. Kanjeng sinuwun turun dari tahta dan menjadi putera mahkota lagi.
Kemudian dia minta diberhentikan, oleh lantaran permintaannya yang berkali-kali diajukan dengan alasan sakit (14 november 1811). Sultan sepuh semakin bertindak tegas kepada musuh.
Raffles yang pada bulan desember berada di semarang dan hendak pergi ke surakarta dan yogyakarta, membutuhkan tenaga pangeran notokusumo dan anaknya, yang bertalian dengan itu diharuskan ada di semarang.
Dalam konfensi yang diadakan di semarang antara raffles, notokusumo dan notodiningrat, diputuskan mengiim notokusumo ke yogyakarta lebih dulu untuk membicrakan usul gupernemen inggris dengan sultan.
Pada tanggal 27 september 1811, raffles tiba di yogyakarta dan pada tanggal 28 desember 1811, diputuskan dengan perjanjian bahwa sulta tetap memegang pemerintahan. Kanjeng sinuwun diturunkan menjadi putera mahkota saja, dan sindunegoro tetap menjadi “rijksbestirder”.
Apa sebabnya raffles mengambil pendrian sedemikian, kita tidak tau,oleh lantaran itu, perjanjian itu tidak ada lagi. Boleh jadi raffle menyuruh mengambil dan membakarnya (perjanjian itu) sesudah insaf, bahwa perbuatannya terhadap sultan sepuh salah.
Ketika putera mahkota dilantik sebagai kanjeng sinuwun oleh daendles dibentuk suatu perjanjian (10 januari 1811), dalam perjanjian mana contohnya uang-uang pantai dihapuskan, batas-batas kerajaan diatur lagi, beberapa daerah-daerah diserahkan kepada gupernemen, begitu juga terhadap surakarta.
Raffles minta raja-raja biar perjanjian tersebut dilakukan dalam praktek. Sunan dan sultan yang satu sama lain memiliki kekerabatan diam-diam (dari pihak sultan dengan perantaraan sumadiningrat) memiliki pikiran yang sama wacana hal itu dan menolak usul raffles.
Baca Juga: Delegasi Isi Perjanjian
Perjanjian tuntang tersebut telah merampas dan memeras kraton yogyakarta total-totalan. Penjajah diuntungkan berkali lipat. Akhirnya rakyat kecil menjadi korban keganasan penjajah.
Demikian artikel Mengapa Perjanjian Kapitulasi Tuntang terjadi? Semoga mampu bemanfaat.