Pengertian kontrol diri adalah – aspek dimensi jenis, Cara Meningkatkan dan ciri kontrol diri self control menurut para ahli
Kontrol diri adalah salah satu potensi yang bisa dioptimalkan dan diterapkan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi situasi yang terdapat di lingkungan daerah tinggalnya. Para pakar beranggapan bahwa kecuali bisa mereduksi efek-efek psikologis yang negatif dari stressor-stessor lingkungan, kontrol diri juga bisa diterapkan sebagai suatu intervensi yang bersifat pencegahan (Gustinawati, 1990).
Kontrol diri bisa meliputi seluruh bidang perilaku, adalah perilaku politik, sosial, spritual, budaya dan perilaku kerja. Akibat kontrol diri terhadap timbulnya tingkah laku seseorang bisa dianggap cukup besar, sebab tingkah laku overt adalah hasil proses pengaturan diri seseorang itu sebabnya kita harus tau Pengertian kontrol diri aspek dimensi jenis, Cara Meningkatkan dan ciri kontrol diri self control menurut para ahli
Berjenis-jenis situasi sulit yang sering muncul dalam kehidupan ini banyak diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam mengatur diri. Tawuran antar pelajar, mengambil hak milik orang lain (mencuri, merampok, korupsi), vandalism, penyalahgunaan obat terlarang dan cuma-cuma sex adalah teladan perilaku yang muncul sebab ketidakmampuan dalam mengatur diri (self control).
Perkembangan self control pada dasarnya paralel dengan bertambahnya usia seseorang. Kian dewasa diinginkan memiliki self control yang lebih bagus dibanding dikala remaja dan si kecil-si kecil. Namun demikian beberapa kasus menampilkan hal yang sebaliknya, dimana beberapa situasi sulit tersebut juga dikerjakan oleh orang yang telah dewasa.
Mahasiswa yang telah beranjak dewasa (bertambahnya usia dan ilmu) tentunya diinginkan oleh masyarakat memiliki self control yang lebih tinggi dibanding si kecil-si kecil SMA. Tentunya akan aneh jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan kesanggupan mengatur diri, malahan bertindak sesuka hati dengan memperkenankan perilaku yang lebih mementingkan egosime tanpa menghiraukan konsekuensi yang akan diperoleh.
Dalam pandangan Zakiyah Darajat bahwa orang yang sehat mentalnya akan bisa menunda buat sementara pemuasan kebutuhannya itu atau ia bisa mengatur diri dari kemauan-kemauan yang bisa menyebabkan hal-hal yang merugikan. Dalam pengertian yang lazim pengaturan diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan memberikan manfaat dan profit yang lebih luas, tidak mengerjakan tindakan yang akan merugikan dirinya di masa sekarang ataupun masa yang akan datang dengan sistem menunda kepuasan sesaat.
Berdasarkan kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah kesanggupan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kesanggupan untuk menekan atau menghalangi dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kesanggupan untuk menyusun, mengarahkan, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang bisa membawa individu kearah konsekuensi positif.
Kontrol diri adalah satu potensi yang bisa dioptimalkan dan diterapkan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi situasi yang terdapat dilingkungan yang berada disekitarnya, para pakar beranggapan bahwa kontrol diri bisa diterapkan sebagai suatu intervensi yang bersifat preventif kecuali bisa mereduksi efek-efek psikologis yang negative dari stressor-stresor lingkungan. Disamping itu kontrol diri memiliki makna sebagai suatu kesanggupan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kesanggupan untuk mengatur dan mengelola elemen-elemen perilaku sesuai dengan situasi dan situasi untuk menampilkan diri dalam mengerjakan sosialisasi (Calhoun dan Acocela, 1990).
Kenapa penting memiliki self control ? Pertama, kontrol diri berperan penting dalam relasi seseorang dengan orang lain (interaksi social). Seluruh ini dikarenakan kita selalu hidup dalam golongan atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian. Penguasaan kebutuhan hidup kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, semacam itu pula kebutuhan psikologis dan social kita. Oleh sebab itu supaya kita bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidup ini diperlukan kerjasama dengan orang lain dan kerjasama bisa berlangsung dengan bagus jika kita mampu mengatur diri dari tindakan yang merugikan orang lain. Kedua, Kontrol diri memiliki peran dalam menampilkan siapa diri kita (nilai diri).
Seringkali seseorang memberikan pengukuran dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kontrol diri adalah salah satu aspek penting dalam mengelola dan mengatur perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap situasi. Seseorang yang bisa mengatur diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan mendapatkan pengukuran yang positif dari orang lain (lingkungan sosial), semacam itu pula sebaliknya. Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi.
Jikalau diri diandalkan bisa membantu seseorang dalam menempuh tujuan hidup seseorang. Seluruh ini dikarenakan bahwa seseorang yang mampu membendung diri dari tindakan yang bisa merugikan diri atau orang lain akan lebih gampang focus terhadap tujuan-tujuan yang mau ditempuh, mampu memilih tindakan yang memberi manfaat, menampilkan kematangan emosi dan tidak gampang termakan terhadap kebutuhan atau tindakan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Jikalau hal ini terjadi niscaya seseorang akan lebih gampang untuk menempuh tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kesanggupan mengatur diri sebaik-bagusnya, karenanya kita akan bisa menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, bisa menyusun tindakan yang berdimensi jangka panjang, mampu mendapatkan diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Walaupun mengatur diri menjadi betul-betul berarti untuk meminimalkan perilaku buruk yang selama ini banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan kenegaraan sebab banyak peristiwa yang terjadi sebab ketidakmampuan mengatur diri.
Pada dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2 (dua) adalah sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Tipe seseorang dalam bertindak cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki standar khusus terhadap perilaku yang dipilih, memberikan ganjaran jika bisa menempuh tujuan dan memberikan sanksi sendiri jika mengerjakan kekeliruan, karenanya hal ini menunjukan bahwa self controlnya bersumber dari diri sendiri (internal).
Tipe jika individu mewujudkan orang lain atau lingkungan sebagai standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau sanksi juga diterima dari orang lain (lingkungan), karenanya ini menampilkan bahwa self control yang dimiliki bersumber dari luar diri (eksternal)
A. Jenis Jenis Kontrol Diri
Kontrol diri yang diterapkan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu, meliputi :
a. Behavioral control, kesanggupan untuk memberi pengaruh atau memodifikasi suatu situasi yang tidak menyenangkan. Adapun sistem yang sering diterapkan antara lain dengan mencegah atau menjauhi situasi tersebut, memilih waktu yang tepat untuk memberikan tanggapan atau mengatur intensitas munculnya situasi tersebut
b. Cognitive control, kesanggupan individu dalam mengolah isu yang tidak diinginkan dengan sistem menginterpretasi, mengukur dan menggabungkan suatu kejadian dalam sutu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Dengan isu yang dimiliki oleh individu terhadap situasi yang tidak menyenangkan, individu berupaya mengukur dan menafsirkan suatu situasi dengan sistem melihat segi-segi positif secara subyektif atau memfokuskan pada pemikiran yang menyenangkan atau netral.
c. Decision control, kesanggupan seseorang untuk memilih suatu tindakan menurut pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi bagus dengan adanya suatu peluang, kebebasan atau kemungkinan untuk memilih berjenis-jenis kemungkinan (alternative) tindakan
d. Informational control, Kesanggupan untuk mendapatkan isu mengenai kejadian yang menekan, kapan akan terjadi, mengapa terjadi dan apa konsekuensinya. Kontrol isu ini bisa membantu meningkatkan kesanggupan seseorang dalam memprediksi dan mempersiapkan yang akan terjadi dan mengurangi ketakutan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang tidak dikenal, sehingga bisa mengurangi stress.
e. Retrospective control, Walaupun untuk menyinggung seputar kepercayaan mengenai apa atau siapa yang menyebabkan sebuah peristiwa yang menekan sesudah hal tersebut terjadi. Individu berupaya mencari makna dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Seluruh ini bukan berarti individu mengatur setiap peristiwa yang terjadi, tetapi individu berupaya memodifikasi pengalaman stress tersebut untuk mengurangi kecemasan.
B. Ciri-ciri control diri
Ciri-ciri seseorang memiliki kontrol diri antara lain :
a. Walaupun untuk mengatur perilaku yang ditandai dengan kesanggupan menghadapi situasi yang tidak diinginkan dengan sistem mencegah atau menjauhi situasi tersebut, mampu menuntaskan frustasi dan ledakan emosi.
b. Walaupun menunda kepuasan dengan seketika untuk mengatur perilaku supaya bisa menempuh sesuatu yang lebih berharga atau lebih diterima oleh masyarakat
c. Walaupun mengantisipasi peristiwa dengan mengantisipasi situasi lewat pertimbangan secara objektif.
d. Walaupun menafsirkan peristiwa dengan mengerjakan pengukuran dan penafsiran suatu situasi dengan sistem melihat segi-segi positif secara subjektif
e. Walaupun mengatur keputusan dengan sistem memilih suatu tindakan menurut pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Orang yang rendah kesanggupan mengatur diri cenderung akan reaktif dan terus reaktif (terbawa hanyut ke dalam situasi yang susah). Tipe orang yang tinggi kesanggupan mengatur diri akan cenderung proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif). Untuk mengecek sejauh mana kita punya kesanggupan mengatur diri, kita bisa melihat petunjuk di bawah ini:
- Rendah
- Sedang
- Tinggi
- Anda gampang kehilangan kendali, gampang frustasi, gampang meluapkan ekspresi emosi secara meledak-ledak, atau tidak efektif dalam mengerjakan kesibukan sebab emosi yang tidak terkontrol
- Anda telah mampu memberikan tanggapan dengan tenang dan mendiskusikannya secara fair
- Anda bisa memberikan tanggapan secara konstruktif: bisa membangun relasi yang lebih positif dan mengantisipasi situasi sulit
- Anda tidak bendung terhadap berjenis-jenis tekanan atau himpitan
- Anda telah bisa mengelola tekanan secara efektif, tidak memberi pengaruh hasil pekerjaan atau tidak memberi pengaruh proses pekerjaan
- Anda telah bisa menenangkan diri anda dan orang lain atau mampu memainkan peranan sebagai leader
- Anda telah bisa mengatur emosi tetapi belum bisa menggunakannya secara konstruktif
C. Situasi-elemen yang memberi pengaruh kontrol diri
a. Kepribadian. Kepribadian memberi pengaruh control diri dalam konteks bagaimana seseorang dengan tipikal tertentu bereaksi dengan tekanan yang dihadapinya dan berimbas pada hasil yang akan diperolehnya. Tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda (unik) dan hal inilah yang akan membedakan pola tanggapan terhadap situasi yang dihadapi. Ada seseorang yang cenderung reaktif terhadap situasi yang dihadapi, terlebih yang menekan secara psikologis, tetapi ada juga seseorang yang lamban memberikan tanggapan.
b. Situasi. Situasi adalah elemen yang berperan penting dalam proses kontrol diri. Tiap orang memiliki strategi yang berbeda pada situasi tertentu, dimana strategi tersebut memiliki karakteristik yang unik. Situasi yang dihadapi akan dipersepsi berbeda oleh setiap orang, malahan terkadang situasi yang sama bisa dipersepsi yang berbeda pula sehingga akan memberi pengaruh sistem memberikan tanggapan terhadap situasi tersebut. Tiap situasi memiliki karakteristik tertentu yang bisa memberi pengaruh pola tanggapan yang akan dikerjakan oleh seseorang.
c. Etnis. Etnis atau budaya memberi pengaruh kontrol diri dalam bentuk keyakinan atau pemikiran, dimana setiap kebudayaan tertentu memiliki keyakinan atau nilai yang menyusun sistem seseorang berkaitan atau bereaksi dengan lingkungan. Dikala telah mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi salah satu penentu terbentuknya perilaku seseorang, sehingga seseorang yang hidup dalam budaya yang berbeda akan menampilkan tanggapan yang berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan, semacam itu pula strategi yang diterapkan.
d. Pengalaman. Pengalaman akan menyusun proses pelajaran pada diri seseorang. Pengalaman yang diperoleh dari proses pelajaran lingkungan keluarga juga mengatur peran penting dalan kontrol diri seseorang, terlebih pada masa si kecil-si kecil. Pada masa selanjutnya seseorang bereaksi dengan memakai pola fikir yang lebih rumit dan pengalaman terhadap situasi sebelumnya untuk mengerjakan tindakan, sehingga pengalaman yang positif akan mendorong seseorang untuk bertindak yang sama, sedangkan pengalaman negatif akan bisa merubah pola tanggapan terhadap situasi tersebut.
e. Dikala. Bertambahnya usia pada dasarnya akan dicontoh dengan bertambahnya kematangan dalam berpikir dan bertindak. Seluruh ini dikarenakan pengalaman hidup yang telah dilalui lebih banyak dan bervariasi, sehingga akan betul-betul membantu dalam memberikan tanggapan terhadap situasi yang dihadapi. Orang yang lebih tua cenderung memiliki control diri yang lebih bagus dibanding orang yang lebih muda.
D. Prinsip-prinsip dalam mengatur diri
Prinsip kemoralan. Tiap agama pasti mengajarkan moral yang bagus bagi setiap pemeluknya, umpamanya tidak mencuri, tidak membunuh, tidak mengelabui, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan, tidak mengerjakan tindakan asusila ataupun tidak merugikan orang lain. Dikala ada dorongan hati untuk mengerjakan sesuatu yang negatif, karenanya kita bisa bersegera lari ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita lakukan ini paralel atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama? Dikala terjadi konflik diri antara ya atau tidak, mau mengerjakan atau tidak, kita bisa merujuk pada prinsip moral di atas.
Prinsip kesadaran. Prinsip ini mengajarkan terhadap kita supaya selalu sadar dikala suatu bentuk pikiran atau perasaan yang negatif muncul. Pada biasanya orang tidak mampu menangkap pikiran atau perasaan yang muncul, sehingga mereka banyak dikontrol oleh pikiran dan perasaan mereka. Dikala seseorang menghina atau menyinggung kita, karenanya kita naik pitam.
Nah, jika kita tidak sadar atau waspada karenanya dikala emosi naik pitam ini muncul, dengan semacam itu kencang, tiba-tiba kita telah dikontrol kemarahan ini. Emosi kesadaran diri kita bagus karenanya kita akan tahu dikala emosi naik pitam ini muncul, menguasai diri kita dan kemungkinan akan mengerjakan tindakan yang akan merugikan diri kita dan orang lain. Dikala kita berhasil melihat emosi karenanya kita bisa seketika menghentikan pengaruhnya. Emosi masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk mengatur diri, karenanya kita bisa melarikan pikiran kita pada prinsip moral.
Prinsip perenungan. Jikalau kita telah benar-benar tidak bendung untuk meledakkan emosi sebab amarah dan perasaan tertekan, karenanya kita bisa mengerjakan sebuah perenungan. Kita bisa menanyakan pada diri sendiri seputar berjenis-jenis hal, umpamanya apa untungnya saya naik pitam, apakah benar tanggapan saya seperti ini, mengapa saya naik pitam atau apakah alasan saya naik pitam ini telah benar. Dengan mengerjakan perenungan, karenanya kita akan cenderung mampu mengatur diri. Dikala simpel bisa diterangkan bahwa dikala emosi aktif karenanya logika kita tidak jalan, sehingga dikala kita mengerjakan perenungan atau berpikir secara mendalam karenanya kadar kekuatan emosi atau kemauan kita akan cenderung menurun.
Prinsip kesabaran. Pada dasarnya emosi kita naik – turun dan muncul, tenggelam. Seperti yang bergejolak adalah situasi yang sementara saja, sehingga kita perlu menyadarinya bahwa situasi ini akan seketika berlalu seiring bergulirnya waktu. Namun hal ini tidaklah gampang sebab perlu adanya kesadaran akan situasi emosi yang kita miliki dikala itu dan tidak terlalu larut dalam emosi. Salah satu sistem yang perlu kita gunakan adalah kesabaran, menunggu sampai emosi negatif tersebut surut kemudian baru berpikir untuk menentukan tanggapan yang arif dan bertanggung jawab (tanggapan yang tepat).
Prinsip pengalihan perhatian. Situasi dan situasi yang memberikan tekanan psikologis sering menghabiskan waktu, kekuatan dan pikiran yang cukup banyak bagi seseorang untuk menghadapinya. Tipe berjenis-jenis sistem (4 prinsip sebelumnya) telah dikerjakan untuk berupaya menghadapi tetapi masih susah untuk mengatur diri, karenanya kita bisa memakai prinsip ini dengan menyibukkan diri dengan pikiran dan aktifitas yang positif. Jikalau diri kita disibukkan dengan pikiran positif yang lain, karenanya situasi yang menekan tersebut akan terabaikan. Dia pula manakala kita menyibukkan diri dengan aktifitas lain yang positif, karenanya emosi yang mau meledak pengaruh peristiwa yang tidak kita sukai tersebut akan menurun malahan sirna. Dikala kita berhasil memaksa diri memikirkan cuma hal-hal yang positif karenanya emosi kita akan ikut serta berubah kearah yang positif juga.
Empati dan Perilaku Prososial
Fulan adalah seorang mahasiswa yang sekarang menghadapi situasi sulit yang cukup rumit. Kesanggupan ia akan menghadapi ujian semester yang mengharuskan uang SPP dilunasi terlebih dahulu. Sementara itu di dikala yang sama Ibunya yang selama ini membiayai kuliahnya sedang berbaring lemas di rumah dan telah seminggu ini tidak pergi ke pasar untuk berjualan kebutuhan rumah tangga. Sedang ke 2 adiknya membutuhkan perhatiannya untuk tetap semangat pergi ke sekolah. Kesanggupan setiap hari ia seharusnya membantu menyiapkan bekal makanan untuk adiknya dan merawat ibunya, baru ia berangkat ke kampus dengan sepeda gunungnya. Kecermatan seharusnya tetap kuliah sebab itu satu-satunya pesan mendiang ayahnya sebelum meninggal. Tidak ia seharusnya berprofesi paruh waktu untuk membiayai kuliah, ia tetap memiliki janji dengan tugas-tugas kuliah dan pesan keluarganya dengan satu kemauan mampu mengangkat kehidupan keluarganya menjadi lebih bagus. Apa yang kamu rasakan…….?!
A. Pengertian kontrol diri
Dalam kehidupan ini banyak peristiwa yang lepas dari pandangan kita yang sejatinya bisa memberikan banyak pelajaran bagi hidup kita. Kesanggupan yang mengharukan ataupun membahagiakan tetap memiliki arti. Walaupun kita untuk memahami dan mengalami suatu perasaan positif dan negatif akan membantu kita memahami makna kehidupan yang sesungguhnya. Walaupun ini sering disebut sebagai atribut kontrol diri.
kontrol diri adalah bagian penting social competency (kesanggupan sosial). kontrol diri juga adalah salah satu dari elemen-elemen kecerdasan sosial. Kecermatan terinci dan berkaitan erat dengan bagian-bagian lain, seperti kontrol diri dasar, penyelarasan, kecermatan kontrol dirik dan pengertian sosial. kontrol diri dasar adalah memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi non lisan. Penyelarasan adalah mendengarkan dengan penuh reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang. Seperti kontrol dirik adalah memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dan pengertian sosial adalah mengetahui bagiamana dunia sosial berprofesi (Goleman, Daniel, 2007 :114)
Sementara itu, secara simpel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontrol diri adalah situasi mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam situasi perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau golongan lain. kontrol diri adalah kesanggupan seseorang dalam ikut serta merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain. Seseorang tersebut tidak hanyut dalam suasana orang lain, tetapi memahami apa yang dinikmati orang lain itu.
Dikala lebih luas kontrol diri diartikan sebagai ketrampilan sosial tidak sekedar ikut serta merasakan pengalaman orang lain (vicarious affect response), tetapi juga mampu mengerjakan tanggapan kepedulian (concern) terhadap perasaan dan perilaku orang tersebut. Situasi heran jika latihan memberikan sesuatu atau bersedekah, kecuali adalah sarana beribadah, juga bisa melatih kontrol diri si kecil pada orang lain yang menimbulkan sifat berderma (filantropi) (Frieda Mangunsong, 2010).
Dengan demikian penekanan kontrol diri tersebut menyuarakan bahwa kesanggupan menyelami perasaan orang lain tersebut tidak membuat kita tenggalam dan larut dalam situasi perasaannya tetapi kita mampu memahami perasaan negatif atau positif seolah-olah emosi itu kita alami sendiri (resonansi perasaan). Walaupun berkontrol diri akan mampu menjadi kunci dalam keberhasilan bergaul dan bersosialisasi di masyarakat.
Dalam kehidupan berkelompok kita pasti mendapati orang dalam watak yang berjenis-jenis macam. Oleh sebab itu, tidak mungkin kita memaksakan pendapat, pikiran atau perasaan terhadap orang lain. Di sinilah, kontrol diri betul-betul berperan penting. Individu bisa diterima oleh orang lain jika ia mampu memahami situasi (perasaan) orang lain dan memberikan perlakuan yang seharusnya sesuai dengan kemauan orang tersebut. Walaupun kontrol diri perlu diasah setiap orang supaya dirinya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
kontrol diri akan membantu kita bisa kencang memisahkan antara situasi sulit dengan orangnya. Walaupun kontrol diri akan mendorong kita mampu melihat situasi sulit dengan lebih jernih dan menempatkan objektifitas dalam menuntaskan situasi sulit. Banyak pilihan yang memungkinkan bisa diambil manakala kita bisa berkontrol diri dengan orang lain dalam menghadapi situasi sulit. Tanpa adanya kontrol diri susah rasanya kita tahu apa yang sedang dihadapi seseorang sebab kita tidak bisa memasuki perasaannya dan memahami situasi yang sedang dialami.
Penelitian Rosenthal menggambarkan bahwa si kecil yang mampu membaca perasaan orang lain lewat isyarat non lisan lebih piawai menyesuaikan diri secara emosi, lebih populer, lebih gampang bergaul dan lebih sensitif. Walaupun membaca pesan non lisan akan membantu seseorang melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi yang tidak bisa dipersembahkan secara lisan. Pesan non lisan memberikan banyak peluang kita memahami apa yang sesungguhnya terjadi dalam diri seseorang sebab pesan tersebut susah untuk direkayasa. Dia pula dengan nada bicara, ekspresi wajah dan gerak-gerika tubuhnya. Seseorang yang mampu membaca pesan ini akan menjadi gampang untuk memahami perasaan orang lain.
Tiap elemen, bagus psikologis ataupun sosiologis yang memberi pengaruh proses kontrol diri sebagai berikut, antara lain :
Sosialisasi
Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang bisa mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat situasi orang lain dan berpikir seputar orang lain.
Perkembangan kognitif
kontrol diri bisa berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa dikatakan kematangan kognitif, sehingga bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (berbeda)
Mood dan Feeling
Situasi perasaan seseorang dikala berinteraksi dengan lingkungannya akan memberi pengaruh sistem seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap perasaan dan perilaku orang lain
Situasi dan daerah
Situasi dan daerah tertentu bisa memberikan pengaruh terhadap proses kontrol diri seseorang. Pada situasi tertentu seseorang bisa berkontrol diri lebih bagus dibanding situasi yang lain.
Komunikasi
Pengungkapan kontrol diri dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang diterapkan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman seputar komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses kontrol diri.
B. Teknik-Teknik Memandang kontrol diri
Walaupun kontrol diri seharusnya selalu dilatih atau diasah sejak dini. Informasi, sedangkan usia seseorang telah beranjak dewasa, seharusnya tetap melatih kontrol diri. Kemudian ada beberapa langkah yang bisa dikerjakan supaya kesanggupan kontrol diri kita terbentuk, antara lain :
Rekam seluruh emosi pribadi
Tiap orang pernah mengalami perasaan positif ataupun negatif, umpamanya sedih, gembira, gembira, naik pitam, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman-pengalaman tersebut jika kita catat atau rekam akan membantu kita memahami perasaan yang sama dikala situasi tertentu menjumpai kita kembali. Disamping itu dikala kita mengetahui perasaan tersebut sedang dialami oleh seseorang, kita bisa memahami situasi tersebut sehingga kita bisa memperlakukannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Memandang mencatat atau merekamnya bisa berupa artikel di buku harian atau sekedar mengingat-ingat dalam alam sadar kita.
Untuk menyempurnakan langkah di atas, ada bagusnya melihat sistem lebih spesifik, sebagai berikut :
a. Membangkitkan kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emosi.
b. Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain.
c. Mendengarkan memahami perspektif orang lain kecuali dari sudut pandangnya sendiri (Borba, Michele, 2008: 25).
Kontrol Diri lingkungan luar (orang lain)
Persyaratan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak isu seputar situasi orang di sekitar kita. Mendengarkan ini betul-betul penting untuk dihasilkan tutorial dalam mengambil pilihan perilaku tertentu. Mendengarkan ini juga bisa dihasilkan pembanding dengan diri kita seputar apa yang sedang terjadi, sehingga kita bisa mengatahui apakah perasaan dan perilaku kita telah sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Persyaratan orang lain adalah ketrampilan tersendiri yang tidak seluruh orang menyukainya. Persyaratan tidak sekedar melihat orang per orang tetapi juga mencoba menghilangkan perasaan-perasaan subyektif kita dikala melihat, sehingga akan muncul kemauan untuk mendalami perasaan orang yang sedang kita lihat tersebut.
Dengarkan curhat orang lain
Dikala adalah sebuah kesanggupan penting yang sering diperlukan untuk memahami situasi sulit atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap situasi sulit yang sedang dihadapi orang lain. Walaupun mendengarkan juga seharusnya latih supaya memberikan pengaruh yang positif dalam interaksi sosial kita.
Mengoptimalkan yang diperlukan untuk bisa mendengarkan adalah menghilangkan atau meminimalkan perasaan negatif atau prasangka terhadap objek yang menjadi sasaran dengar. Disamping itu juga perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk orang lain, terlebih dengan memberikan peluang orang lain untuk berbicara yang ia inginkan tanpa kita potong sebelum selesai pembicaraannya.
Mendengar keluh kesah atau cerita gembira orang lain akan mampu memberikan pengalaman lain dalam suasana hati kita. Dikala cerita sedih akan mampu membawa kita kedalam suasana hati orang lain yang sedang bersedih dan bisa membangkitkan kemauan untuk memahami situasi sulit atau perasaan orang tersebut. Dia pula perasaan yang lain. Kian banyak cerita, situasi sulit dan ungkapan perasaan yang kita dengarkan akan membuat kita kian kaya dengan pengalaman tersebut dan pada walhasil kian mengetahui bagaimana sistem memahami orang lain atau perasaannya.
Bayangkan apa yang sedang dinikmati orang lain dan walhasil untuk diri kita.
Membayangkan sebuah kejadian yang dialami orang lain akan menarik diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang dialami orang tersebut. Refleksi situasi orang lain bisa membuat kita merasakan apa yang sedang dialami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana emosi. Membayangkan sebuah situasi tersebut bisa lebih gampang manakala kita pernah mengalami perasaan atau situasi yang sama. Seseorang yang sering membayangkan apa yang dialami atau dinikmati orang lain dan pengaruh yang akan ditimbulkan manakala hal tersebut terjadi pada diri kita dikala kejadian atau sesudah kejadian akan mempermudah kita merasakan suasana emosi seseorang manakala melihat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan situasi penuh dengan emosi-emosi tertentu.
Lakukan bantuan secepatnya.
Memberikan bantuan atau pertolongan terhadap orang-orang yang membutuhkan bisa membangkitkan kesanggupan kontrol diri. Via yang kencang terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan melatih kesanggupan kita untuk kontrol diri. Bantuan yang kita berikan tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita berupaya memberikan segenap kesanggupan kita dikala melihat atau menyaksikan orang-orang yang membutuhkan. Pertolongan yang kita berikan akan menstimulus situasi emosi kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang yang kita kasih pertolongan dan kian sering kita memberikan tanggapan dengan kencang akan kian gampang kita mengembangkan kesanggupan kontrol diri terhadap orang lain.
C. Manfaat-Manfaat kontrol diri
Ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dalam kehidupan pribadi dan sosial manakala kita memiliki kesanggupan berkontrol diri, diantaranya :
Menghilangkan sikap egois
Orang yang telah mampu mengembangkan kesanggupan kontrol diri bisa menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Jikalau kita bisa merasakan apa yang sedang dialami orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan memahami perilaku orang tersebut, karenanya kita tidak akan berbicara dan bertindak cuma untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berupaya berbicara, berpikir dan bertindak yang bisa diterima juga oleh orang lain serta akan gampang memberikan pertolongan terhadap orang lain. Kita akan berhati-hati dalam mengembangkan sikap dan perilaku kita sehari-hari, terlebih jika berada pada situasi yang membutuhkan pertolongan kita.
Menghilangkan kearoganan
Salah satu sistem mengembangkan kontrol diri adalah membayangkan apa yang terjadi pada diri orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita membayangkan situasi ini karenanya kita akan terhindar dari kearoganan atau tinggi hati sebab apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Cakap berkehendak. Kita tidak akan merendahkan orang lain sebab kita telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang sesungguhnya terjadi, sehingga orang yang memiliki kesanggupan kontrol diri akan cenderung memiliki jiwa rendah hati dan selalu memahami kehidupan ini dengan bagus. RODA SENANTIASA BERPUTAR, ITULAH KEHIDUPAN.
Memiliki kesanggupan evaluasi dan kontrol diri
Pada dasarnya kontrol diri adalah salah satu usaha kita untuk mengerjakan evaluasi diri sekalian mengembangkan kontrol diri yang positif. Walaupun melihat diri orang lain bagus perasaan, pikiran ataupun perilakunya adalah bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan situasi tersebut dalam diri kita. Emosi kita telah memiliki kesanggupan ini karenanya kita telah bisa mengembangkan kesanggupan evaluasi diri yang bagus dan walhasil kita bisa mengerjakan kontrol diri yang bagus artinya kita akan selalu berhati-hati dalam mengerjakan tindakan atau memahami lingkungan sekitar kita.
Mendengarkan, anda akan bisa dikatakan sebagai memiliki karakteristik kesanggupan kontrol diri, jika mengikuti beberapa prasyarat berikut :
Melibatkan proses pikir secara utuh, dengan seluruh macam risiko perbedaan pendapat, rasa, malahan kemungkinan konflik. Tindakan pengolahan terus-menerus karenanya individu bisa mengetahui ‘status’ perasaannya, lalu kuat berkontrol diri dan kemudian memanfaatkan emosinya dalam kehidupan kerja (Eileen Rachman & Sylvina Savitri, 2009)
Tindakan dalam tindakan-tindakan seperti diungkapkan Goleman (1997), adalah :
Tindakan mendapatkan sudut pandang orang lain
Individu mampu membedakan antara apa yang dikatakan atau dikerjakan orang lain dengan tanggapan dan pengukuran individu itu sendiri. Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang, kesanggupan untuk mendapatkan sudut pandang orang lain dan pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih komplit dan akurat sehingga ia akan mampu memberikan perlakuan dengan sistem yang tepat.
Sistem kepekaan terhadap perasaan orang lain
Individu mampu mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain dan sensitif terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain lewat pesan non lisan yang ditampakkan, umpamanya nada bicara, gerak-gerik dan ekspresi wajah. Penyusunan yang sering diasah akan bisa membangkitkan tanggapan spontan terhadap situasi orang lain, bukan sekedar pengakuan saja.
Tindakan mendengarkan orang lain
Dikala adalah sebuah ketrampilan yang perlu dimiliki untuk memacu kesanggupan empati. Sikap mau mendengar memberikan pemahaman yang lebih bagus terhadap perasaan orang lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan yang terjadi.
D. Perilaku Prososial
Perilaku prososial bisa dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tetapi tidak memiliki profit yang jelas bagi pemberi bantuan. William mengatur oerilaku prososial secara lebih mendetail sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk merubah situasi fisik (material), psikologis dan sosial penerima bantuan dari kurang bagus menjadi lebih bagus. Perilaku prososial memiliki maksud untuk mendorong kesejahteraan orang lain dengan sistem membantu, menyelamatkan, berkorban, kerjasama ataupun persahabatan.
Ada 3 (tiga) ciri seseorang dikatakan menampilkan perilaku prososial, adalah :
a. Dia tersebut usai pada dirinya dan tidak menuntut profit pada pihak pemberi bantuan
b. Dia tersebut dilahirkan secara suka rela
c. Dia tersebut mewujudkan kebaikan
E. Memandang meningkatkan perilaku prososial antara lain :
Menyebarluaskan penayangan teladan perilaku prososial
Dalam mengembangkan perilaku-perilaku tertentu kita bisa mengerjakan lewat pendekatan behavioral dengan teladan belajar sosial. Berdasarkan perilaku prososial bisa kita lakukan dengan sering memberikan rangsangan seputar perilaku-perilaku bagus (membantu orang yang kesusahan dan lain sebagainya). Kian sering seseorang mendapatkan rangsangan, umpamanya lewat media massa kian gampang akan mengerjakan proses imitasi (mengikuti) terhadap perilaku tersebut.
Memberikan penekanan terhadap norma-norma prososial.
Namun-norma di masyarakat yang memberikan penekanan terhadap tanggungjawab sosial bisa dikerjakan lewat lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat lazim. Longgarnya sosialisasi dan pelajaran terhadap norma-norma ini akan mendorong munculnya prilaku anti-sosial atau tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan hal ini betul-betul mengkhawatirkan bagi perkembangan psikologis dan sosial seseorang. Dengan adanya proses sosialisasi dan internalisasi seputar norma-norma prososial ini, karenanya perilaku prososial akan gampang dijumpai dimana-mana dan hal ini akan mengembangkan pranata sosial yang lebih bagus.
Memberikan pemahaman seputar superordinate identity
Pandangan bahwa setiap orang adalah bagian dari golongan manusia secara keseluruhan adalah hal penting yang perlu dikerjakan. Manakala seseorang merasa menjadi bagian dari suatu golongan yang lebih besar, ia akan berupaya tetap berada di golongan tersebut dan akan mengerjakan tindakan yang mengarahkan ia bisa diterima oleh anggota golongan yang lain, salah satu sistem adalah selalu bertindak bagus untuk orang lain. Kecermatan akan menghindarkan diri dari tindakan yang tidak disenangi oleh kelompoknya, sehingga situasi ini akan memberikan dorongan untuk selalu bertindak bagus untuk orang lain.
Pengertian Kontrol Kesanggupan
Kontrol diri adalah suatu kesanggupan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kesanggupan untuk mengatur dan mengelola elemen-elemen perilaku sesuai dengan situasi dan situasi untuk menampilkan diri dalam mengerjakan sosialisasi. Walaupun untuk mengatur perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, kemauan untuk merubah perilaku supaya sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, menutup perasaannya (Roosianti, 1994). Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang; dengan kata lain serangkaian proses yang menyusun dirinya sendiri. Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976), mendefinisi-kan kontrol diri sebagai suatu kesanggupan untuk menyusun, mengarahkan, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang bisa membawa individu ke arah konsekuensi positif. Dapat itu kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang lewat pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Lazarus, 1976).
Snyder dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol diri secara seketika betul-betul relevan untuk melihat relasi antara pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif. Individu dengan kontrol diri tinggi betul-betul melihat sistem-sistem yang tepat untuk bertindak dalam situasi yang bervariasi. Kecermatan cendrung untuk merubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian bisa mengaturkesan yang dihasilkan. Perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situsional, lebih fleksibel, berupaya untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka (Roosianti, 1994).Berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berupaya menampilkan perilaku yang dianggap paling tepat bagi dirinya adalah perilaku yang dapatmenyelamatkan interaksinya dari pengaruh negatif yang disebabkan sebab responyang dilakukannya.
Calhoun dan Acocella (1990), mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu untuk mengatur diri secara kontinyu. Pertama, individu hidup bersama golongan sehingga dalam memuaskan keinginannya individu seharusnya mengatur perilakunya supaya tidak menggangu kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih bagus bagi dirinya. Sehingga dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut diperlukan pengaturan diri supaya dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak mengerjakan hal-hal yang menyimpang.
Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengatur emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya (Hurlock, 1990). Berdasarkan konsep ilmiah, pengaturan emosi berarti mengarahkan kekuatan emosi ke saluran ekspresi yang berguna dan bisa diterima secara sosial. Memang konsep ilmiah menitikberatkan pada pengaturan, tetapi tidak sama artinya dengan penekanan. Yakni emosi berarti mendekati suatu situasi dengan memakai sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah munculnya tanggapan yang berlebihan (Elfida, 1995).
Ada dua kriteria yang menentukan apakah kontrol emosi bisa diterima secara sosial atau tidak. Kontrol emosi bisa diterima jika tanggapan masyarakat terhadap pengaturan emosi adalah positif. Namun tanggapan positif saja tidaklah cukup. Kesanggupan perlu diperhatikan kriteria lain, adalah efek yang muncul sesudah mengatur emosi terhadap situasi fisik dan psikologis. Kontrol emosi seharusnya tidak berbahaya fisik dan psikologis individu. Artinya, dengan mengatur emosi situasi fisik dan psikologis individu seharusnya membaik (Hurlock, 1973).
Hurlock (1973) menceritakan tiga kriteria emosi yang masak sebagai berikut :
a. Kesanggupan mengerjakan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.
b. Kesanggupan memahami seberapa banyak kontrol yang diperlukan untuk memuaskan
kebutuhannya dan sesuai dengan kemauan masyarakat.
c. Kesanggupan mengukur situasi secara kritis sebelum meresponnya dan menentukan sistem beraksi terhadap situasi tersebut.
Kans dan aspek-aspek kontrol diri
Block dan Block (dalam Lazarus, 1976) membeberkan ada tiga macam kualitas kontrol diri, adalah over control, under control, dan appropriate control. Over control adalah kontrol diri yang dikerjakan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak membendung diri dalam beraksi terhadap rangsangan. Under control adalah suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang masak. Appropriate control adalah kontrol individu dalam upaya mengatur impuls secara tepat. Kesanggupan Konsep Averill (1973), terdapat 3 macam kesanggupan mengatur diri yang meliputi 5 aspek. Averill (1973) menyebut kontrol diri dengan sebutan
kontrol personal, adalah kontrol perilaku (behavior control), Kontrol kognitif (cognitive control), dan mengatur keputusan (decisional control).
a. Behavioral control
Kesanggupan kesiapan atau tersedianya suatu tanggapan yang bisa secara seketika memberi pengaruh atau memodifikasi suatu situasi yang tidak menyenangkan. Walaupun mengatur perilaku ini diperinci menjadi dua bagian, adalah mengatur proses (regulated administration) dan kesanggupan memodifikasi rangsangan (rangsangan modifiability). Walaupun mengatur proses adalah kesanggupan individu untuk menentukan siapa yang mengatur situasi atau situasi, dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya.
Individu yang kesanggupan mengatur dirinya bagus akan mampu mengatur perilaku dengan memakai kesanggupan dirinya dan jika tidak mampu individu akan memakai sumber eksternal. Walaupun mengatur rangsangan adalah kesanggupan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu rangsangan yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa sistem yang bisa diterapkan, adalah mencegah atau menjauhi rangsangan, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian rangsangan yang sedang berlangsung, menghentikan rangsangan sebelum waktunya usai, dan mengatur intensitasnya.
b. Cognitive control
Kesanggupan kesanggupan individu dalam mengolah isu yang tidak diinginkan dengan sistem menginterpretasi, mengukur, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua bagian, adalah mendapatkan isu (information gain) dan mengerjakan pengukuran (appraisal). Dengan isu yang dimiliki oleh individu mengenai suatu situasi yang tidak menyenangkan, individu bisa mengantisipasi situasi tersebut dengan berjenis-jenis pertimbangan. pengukuran berarti individu berupaya mengukur dan dan menafsirkan suatu situasi atau peristiwa dengan sistem melihat
segi-segi positif secara subjektif.
c. Decisional control
Kesanggupan kesanggupan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan menurut pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi bagus dengan adanya suatu peluang, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berjenis-jenis kemungkinan tindakan. Dari uraian dan penjelasan di atas, karenanya untuk mengukur kontrol diri diterapkan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Walaupun mengatur perilaku
Walaupun mengatur rangsangan
Walaupun mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
Walaupun menafsirkan peristiwa atau kejadian
Walaupun mengambil keputusan
Alasan pengaplikasian konsep dari Averill dalam mengukur tingkat kontrol diriyang dimiliki oleh individu adalah bisa dikenal mengenai macam kontrol diri yang diterapkan oleh individu lebih jelas dan lebih mendetail.Seluruh ini disebabkan pada konsep inidapat dikenal mengenai aspek-aspek yang diterapkan oleh individu dalam mengerjakan proses pengaturan diri.