Daftar Isi
Latar Belakang, Sistem, Pengertian Kelebihan Dan Kekurangan Ideologi Fasisme
Apa itu ideologi fasisme ? Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada era ke-20. Ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara mirip Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan. Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya sanggup gemetar ketakutan.
Ideologi ialah kumpulan inspirasi atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada simpulan era ke-18 untuk mendefinisikan “sains perihal ide”. Ideologi sanggup dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok inspirasi yang diajukan oleh kelas yang mayoritas pada seluruh anggota masyarakat.
Tujuan utama dibalik ideologi ialah untuk menunjukkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi ialah sistem pemikiran absurd (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada problem publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Latar Belakang Ideologi Fasisme
Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.
Later Belakang Ideologi Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan adikara tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara. Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa.
Latin, fascis, yang berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini kemudian tengahnya ada kapaknya dan pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Kemunculan fasisme sebagai reaksi terhadap liberalisme dan positivise yang terlihat dari kecenderungannya yang anti intelektualisme dan dikmatisme. Fasisme merupakan mansifestasi dari kekecewaan terhadap kebebasan individual dan kebebasan berfikir.
Muncul Dan Berkembangnnya Fasis
Fasisme (fascism) merupakan pengorganisasian pemerintah dan masyarakat secara totoaliter, oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis rasialis, militeristis, dan imperialis. Italia merupakan negara pertama yang menjadi Fasis (1922) menyusul jerman tahun 1933 dan kemudian Spanyol melalui perang saudara yang pecah tahun 1936. Di Asia Jepang bermetamorfosis fasis dalam tahun 1930-an melalui perubahan secara perlahan ke arah lembaga-lembaga yang totaliter sesudah menyimpang dari budaya aslinya.
Fasis muncul dan berkembang di negara-negara yang relatif lebih makmur dan secara teknologi lebih maju. Fasis merupakan produk dari masyarakat-masyarakat prademokrasi dan pasca industri. Kaum fasis mustahil merebut kekuasaan dinegara-negara yang tidak mempunyai pengalaman demokrasi sama sekali.
Pengalaman negara demokrasi yang dirasakan semu oleh masyarakat bahkan mengalami kegagalan dengan indikator adanya proses sentralisasi kekuasaan pada segelintir elit penguasa, terbentunya monopoli dan oligopoli dibidang ekonomi, besarnya tingkat pengangguran baik dikalangan kelas bawah mirip buruh, petani atau kelas menengah atas sepserti kaum cendikiawan, kaum industialis, maupun pemilik modal, ini ialah lahan yang subur bai gerakan fasis untuk melancarkan propagandanya
Semakin keras dan teoritis gerakan-gerakan fasis semakin besar pula pemberian rakyat yang diperolehnya. Fasis di Jerman merupakan gerakan politik yang paling berutal tetapi sekaligus paling populer. Kondisi penting lainnya untuk pertumbuhan fasisme ialah pencapaian tingkat atau tahap tertentu dalam perkembangan industri.
Dalam setiap perkembangan industri akan muncul ketegangan-ketegangan sosial dan ekonomi. Negara fasis mengingkari adanya kepentingan yang berbeda dalam masyarakat. Kalupun mereka dengan setengah hati mengakui adanya keragaman kepentingan dalam masyarakat, maka negara fasis itu akan mengatasi atau menghilangakan perbedaan itu dengan kekerasan.
Sistem Ideologi Fasisme
Dalam masyarakat, sistem Ideologi Fasisme. industri fasis menarik minat pada dua kelompok masyarakat secara khusus, pertama sistem itu menarik sekelompok kecil Industriawan dan tuan tunah yang bersedia membiayai gerakan fasis dengan cita-cita sistem itu sanggup melenyapkan serikat-serikat buruh bebas, kedua menarik kelas menengah bawah terutama dikalangan pegawai negeri. Golongan ini lebih merasa kondusif dibanding berhubungan dengan kaum proletar.
Kelompok sosial lain yang sangat rentan terhadap propaganda fasis ialah kelompok militer. Baik yang terjadi di Jerman, Jepang, pernan militer dalam pergerakan fasisme sangat dominan, demikianpun halnya dengan Italia.
Di Argentina pemerintah yang semi konstitusional di singkirkan melalui suatu pemberontakan yang dilakukan oleh Perwira muda dibawah pimpinan Peron, yang memulai fasisme dengan gayanya sendiri dan dari namanya sendiri yaitu Peronismo.
Pada era ke-20, fasisme muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini. Sementara itu di Jerman, juga muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia sebab yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan rasisme yang sangat sangat kuat. Saking kuatnya nasionalisme hingga mereka membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah.
Fasisme dikenal sebagai ideologi yang lahir dan berkembang subur pada era ke-20. Ia menyebar dengan pesat di seluruh dunia pada permulaan Perang Dunia I, dengan berkuasanya rezim fasis di Jerman dan Italia pada khususnya, tetapi juga di negara-negara mirip Yunani, Spanyol, dan Jepang, di mana rakyat sangat menderita oleh cara-cara pemerintah yang penuh kekerasan.
Berhadapan dengan tekanan dan kekerasan ini, mereka hanya sanggup gemetar ketakutan. Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi aturan mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi belakang layar dan milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut.
Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan langsung rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta orang.
Akar Filsafat dan Doktrin Fasisme
Akar-akar filsafat fasisme bisa dilacak dalam pemikiran-pemikiran Plato, Aristoteles, Hegel, Rosenberg, Doriot, Farinasi, Gobinau, Sorel, Darwin, Zietzche, Marinetti, OswaldSpengler, Chamberlain.
Fasisme mempunyai akar-akar intelektual dan filosofis ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Dalam bentuk yang modern dan kontemporer dan dalam formatnya yang par exellence terjadi ketika Benito Mussolini menguasasi Italia (1922) Hitler dengan Nazinya mendominasi jerman (1933) Franco berkuasa di Spanyol (1936) TennoHeika memerintah jepang (1930-an) dan Amerika Latin dimasa kekuasan Juan Peron (1950-an). Suhelmi (2004:334)
Ajaran-ajaran mereka perihal fasisme. Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini menulis Doktrine of Fascism. Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian menjadi pegangan kaum fasis didunia, sebab wawasannya yang bersifat moderat. Menurut Ebenstein, unsur-unsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic ialah sesuatu yang sudah niscaya benar dan dihentikan lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan logika dipakai dalam rangka “tabu” terhadap problem ras, kerajaan atau pemimpin.
Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme insan tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, laki-laki melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang berpengaruh harus melampaui yang lemah. Makara fasisme menolak konsep perramaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang menurut aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
Ketiga, aba-aba prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan. Dalam pandangan fasisme, negara ialah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka ialah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika ada kontradiksi pendapat, maka yang berlaku ialah keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum pinggiran”.
Kelebihan Dan Kekurangan Ideologi Fasisme
Kelebihan : Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan mirip pembunuhan dan penganiayaan.Keenam, Rasialisme dan imperialisme.
Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari pemberian massa dan karenanya sanggup memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya.
Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.
Kekurangan: Terakhir atau ketujuh, fasisime mempunyai unsur menentang aturan dan ketertiban internasional. Konsensus internasional ialah membuat pola kekerabatan antar negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan terang menolak adanya persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang aturan dan ketertiban internasional.
Bagaimana Perkembangan Fasis Saat Ini
Ebenstein (2006:154) menyampaikan fasis mungkin tidak lagi merupakan sebagai ancaman bagi negara-negara yang menganut sistem demokrasi yang terkemuka. Tetapi tidak menutup kemungkinan gejala-gejala untuk megambil oper pemerintah kalau dilihat-gejala-gejala masih ada.
Gejala-gejala ini bisa dilihat adanya gerakan-gerakan yang terjadi contohnya di Amerika serikat yang anti-intelektual yang melemahkan proses-proses rasionalitas. Gejala lain ialah munculnya tanda-tanda rasialisme dibebarapa negara, tanda-tanda lain ialah bermunculan keresahan-keresahan sosial di tengah masyarakat yang muncul akhir ketidak berhasilan sistem demokrasi, yang juga anti komunis. Alternatif simpel bukanlah diantara 100 persen baik dan 100 persen jahat, tetapi selalu diantara campuran-campuran kedua keadan itu dengan porsi yang berbeda
Sejarah Ideologi Fasisme
Hitler dan Mussolini: dua diktator era ke-20 yang membenamkan kemanusiaan ke dalam kubangan darah.Diktator fasis dan pemerintahannya yang memimpin sistem semacam itu—di mana kekuatan yang brutal, agresi, pertumpahan darah, dan kekerasan menjadi hukum—mengirimkan gelombang teror ke seluruh rakyat melalui polisi belakang layar dan milisi fasis mereka, yang melumpuhkan rakyat dengan rasa takut.
Lebih jauh lagi, pemerintahan fasis diterapkan dalam hampir semua tingkatan kemasyarakatan, dari pendidikan hingga budaya, agama hingga seni, struktur pemerintah hingga sistem militer, dan dari organisasi politik hingga kehidupan langsung rakyatnya. Pada akhirnya, Perang Dunia II, yang dimulai oleh kaum fasis, merupakan salah satu malapetaka terbesar dalam sejarah umat manusia, yang merenggut nyawa 55 juta orang.
Pemandangan “Jerman membom London”, diambil dari sampul Illustrated London News.
Namun, ideologi fasisme tidak hanya ada dalam buku-buku sejarah. Meski ketika ini tidak ada satu negara pun yang menyebut diri sebagai fasis atau secara terbuka mempraktikkan fasisme, di aneka macam negara di dunia terdapat banyak pemerintahan, kelompok dan partai politik yang mengikuti pola-pola fasistik.
Walaupun nama dan taktiknya telah berubah, mereka masih terus menimpakan kesengsaraan serupa pada rakyat. Berkemungkinan pula, kemerosotan kondisi sosial sanggup membuat pemberian terhadap fasisme makin berkembang. Karenanya, fasisme terus-menerus menjadi ancaman bagi kemanusiaan.
Buku ini ditulis untuk menghadapi ancaman yang terus membayangi tersebut. Selain menyingkap aneka macam kecenderungan fasistik yang muncul dalam aneka bentuk dan metode, buku ini juga dimaksudkan untuk mengungkap akar dan target mereka yang sesungguhnya. Tujuan lainnya ialah untuk menyingkap kedok “agamis” yang terkadang dipakai fasisme dan mengungkap keberadaannya sebagai sebuah sistem yang sama sekali bertolak belakang dengan agama sejati.
Untuk mengobati penyakit, pertama-tama perlu diidentifikasi virus penyebabnya, kemudian dilawan dan ditemukan penangkalnya. Dengan begitu, kondisi-kondisi yang memungkinkan penyakit berkembang sanggup dilenyapkan, sehingga penyakit itu sendiri sanggup ditumpas.
Begitu pula halnya, semoga terbebas dari rasa takut akan “fasisme”, orang harus melawan dasar-dasar ideologis dan pengaruh-pengaruh yang mendukung perkembangannya. Sebagaimana yang akan kita bahas dalam buku ini, prinsip fundamental di balik fasisme masa sekarang ialah Darwinisme, yang dimunculkan seolah-olah suatu teori ilmiah meski tidaklah demikian adanya.
Namun, Darwinisme, yang menyatakan klaim-klaim mirip “manusia ialah binatang yang telah berkembang sempurna”, “beberapa ras telah tertinggal dalam proses evolusi”, dan “melalui seleksi alam, yang berpengaruh akan bertahan dan yang lemah tersingkir”, telah
Menjadi sumber bagi banyak ideologi berbahaya sepanjang era ke-20, terutama fasisme. Oleh sebab itu, sebagaimana yang akan kita bahas lebih rinci, Darwinisme bertanggung jawab atas banyak penindasan dan kekerasan.
Bahkan, walaupun di negara kita tidak terdapat gerakan atau praktik fasis, orang-orang yang berupaya membangkitkan fasisme telah diawasi, dan Darwinisme tidak diterima secara luas, kita tak boleh mengendurkan kewaspadaan.
Semua orang yang berhati nurani harus ikut serta dalam usaha ideologis melawan semua kekuatan dan ideologi yang membuat kerusakan di muka bumi dan bermaksud menghancurkan kedamaian dan ketertiban. Allah telah menyuruh insan untuk hidup dengan kondusif dan damai. Dalam Al Alquran Allah memerintahkan:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kau ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kau turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang faktual bagimu .” (QS. Al Baqarah, 2: 208)
Bencana Terbesar Ideologi Fasisme dalam Sejarah Manusia
Perang Dunia II, yang merupakan tanggung jawab fasisme, merupakan peristiwa terburuk dalam sejarah insan yang menewaskan 55 juta manusia.
Hingga era ke-20, perang selalu dilakukan pada front tertentu, dan terjadi antara tentara-tentara di front tersebut. Namun, pada era ke-20, Nazi dengan sengaja membom masyarakat sipil, juga dengan sistematis membunuh mereka di kamp-kamp konsentrasi. Pemandangan yang mengerikan dari orang Yahudi dan tahanan lainnya yang tak berdosa di dalam banyak kamp konsentrasi dan ghetto hanyalah sebagian teladan dari kebrutalan Nazi atas masyarakat sipil.
Baca Juga: Sejarah Ideologi
Kebiadaban ini lebih didasarkan pada pemberian ideologi daripada sebagai cuilan dari taktik militer. Ideologi biadab ini mengklaim adanya “pertarungan untuk hidup” di antara ras-ras manusia, dan bahwa ini merupakan “hukum alam”. Asal-usulnya ditemukan dalam paganisme di zaman dahulu dan dalam apa yang disebut “sains” Darwinis