Contoh, Aspek, Makalah, Bentuk, Arti Pengertian Integritas Menurut Para Ahli – Filsuf Herb Shepherd (Antonius, 2002:135-136) menyebutkan integritas diri sebagai kesatuan yang meliputi empat skor, adalah perspektif (spiritual), otonomi (mental), keterkaitan sosial,dan tonus (lahiriah). George Sheehan menjabarkan integritas diri sebagai kesatuan empat peran, adalah menjadi hewan yang baik (lahiriah), spesialis pertukangan yang baik (mental), sahabat yang baik (sosial), dan orang suci (spiritual).
Seorang yang mempunyai integritas bukan tipe manusia dengan banyak wajah dan penampilan yang disesuaikan dengan motif dan kepentingan pribadinya.Integritas menjadi karakter kunci bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang mempunyai integritas akan menerima kepercayaan (trust) dari pegawainya. Pimpinan yang berintegritas dipercayai karena apa yang menjadi ucapannya juga menjadi tindakannya.
integritasIntegritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tidak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi skor-skor luhur dan keyakinan definisi lain dariintegritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan skor dan prinsip. Dalam sopan santun,integritas diistilahkan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah hipocrisy (hipokrit atau munafik). Seorang dikatakan “mempunyai integritas” seandainya tindakannya sesuai dengan skor, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia). Mudahnya, ciri seorang yang berintegritas ditandai oleh satunya kata dan tindakan bukan seorang yang kata-katanya tidak dapat dikuasai.
Dari selancar di dunia maya saya menemukan ungkapan yang menarik perihal integritas :
Contoh, Aspek, Makalah, Bentuk, Arti Pengertian Integritas Menurut Para Ahli
Membahas Contoh, Aspek, Makalah, Bentuk, Arti Pengertian Integritas Menurut Para Ahli, Ungkapan yang saya cetak tebal berdasarkan saya sungguh-sungguh inspirasional : Tanpa integritas , semangat menjadi berbahaya; tanpa semangat, kapasitas menjadi tidak berdaya; tanpa kapasitas, pemahaman menjadi terbatas; tanpa pemahaman pengetahuan tidak ada artinya; tanpa pengetahuan, pengalaman menjadi buta.
“When you are looking at the characteristics on how to build your personal life, first comes integrity; second, motivation; third, capacity; fourth, understanding; fifth, knowledge; and last and least, experience.
Without integrity, motivation is dangerous; without motivation, capacity is impotent; without capacity, understanding is limited; without understanding, knowledge is meaningless; without knowledge, experience is blind. Experience is easy to provide and quickly put to good use by people with all other qualities.
Make absolute integrity the compass that guides you in everything you do. And surround yourself only with people of flawless integrity.”
Ikhtisarnya, integritas adalah kompas yang mengarahkan perilaku seseorang. Integritasadalah gambaran keseluruhan pribadi seseorang (integrity is who you are).
Setelah membaca perihal maknaintegritas, saya berpendapat kriteria integritas sebagai syarat pertama dalam memilih pimpinan, baru selanjutnya menyusul syarat kapabilitas intelektual dan manajerial. Kian banyak tipe manusia dengan integritasyang tinggi akan menetapkan maju mundurnya suatu institusi dan lebih luas lagi akan menetapkan masa depan suatu Negara. Sekiranya demikian halnya, saya jadi bertanya-tanya seandainya Indonesia hingga saat ini masih berkutat dalam upaya melepaskan diri dari jerat korupsi yang sedemikian sistemik, apakah ini ada kaitannya dengan integritas para pemegang jabatan Negara ya? Di antara begitu banyaknya pemimpin Negara di kelembagaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, siapa-siapa saja yang memperlihatkan seorang pemimpin yang berkarakter dan berintegritas tinggi sehingga mampu menumbuhkankan trust di hati banyak warga bangsa Indonesia? Sekiranya mencari pemimpin yang berpendidikan tinggi , yang spesialis atau spesialis di bidangnya tentunya kita tidak akan kesulitan menemukannya. Indonesia berlimpah dengan sarjana. Magister, doctor, dan professor setiap tahun juga semakin bertambah jumlahnya. Tetapi, siapa pemimpin yang betul-betul berintegritastentunya tidaklah sebanyak jumlah para spesialis.
Sungguh celaka seandainya rupanya pemimpin yang berintegritas itu susah ditemukan, dan sebaliknya yang banyak justru tipe sebaliknya adalah tipe hipocricy . Sekiranya begitu maka Indonesia sungguh-sungguh dalam ancaman bahaya. Bahaya yang mengancam ini bukan main-main. Sebab pemimpin yang tidak jujur, lebih mengutamakan kepentingan pribadi , kategori dan kategori akan cenderung menghalalkan segala sistem untuk menempuh tujuan. Lembaga atau Negara yang mengalami krisis integritas akan mengalami kemerosotan imbas proses pembusukan dari dalam unsur-unsur organisasi atau Negara itu sendiri.
Saya berdoa supaya Indonesia tercinta ini tidak akan menghadapi ancaman bahaya krisis integritas. Sekiranya bahkan kita tidak dapat berkeinginan banyak pada generasi saat ini, kita masih dapat meletakkan keinginan dan asa kita di pundak generasi mendatang. Kuncinya ada di pengajaran. Skor-skor apa yang ditanamkan di benak generasi mendatang dan model apa yang dicontohkan akan menyusun karakter mereka. Bicara integritas, maka skor kejujuran dan pentingnya meletakkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi, kategori dan kategori menjadi skor yang utama. Sudahkah skor-skor ini kita tanamkan dan kita contohkan pada si kecil-si kecil Indonesia saat ini ? Sekiranya belum atau bahkan yang ditanamkan adalah skor-skor yang memfavoritkan dan mengutamakan kepentingan diri dan kelompoknya sendiri dan yang dicontohkan adalah perilaku yang tidak tetap dengan yang dinyatakan dan dikotbahkan, maka jangan berkeinginan akan banyak lahir manusia-manusia berintegritas di bumi Indonesia.
Kedua tokoh itu, walau dengan istilah yang agak berbeda, melainkan sama-sama menyebutkan hal yang adalah unsur penting dalam diri manusia, yaknifisik, sosial, dan mental-spiritual. Elemen penting tersebut adalah dimensi dasar diri manusia. Integritas diri dipandang sebagai keterpaduan sinergis dan saling mendukung antara ketiga dimensi dasar tersebut dalam kehidupan seseorang. Ketiganya berkembang secara setara sehingga dapat saling mendukung dalam menjalani kehidupan secara lebih manusiawi. Inilah pengertian yang lebih luas perihal integritas diri.
Adrian Gostick & Dana Telford dalam buku mereka,Keunggulan Integritas,(2006:13-14) menyebutkanbeberapa pengertian integritasyang mereka kumpulkan dari beberapa sumber. Disitu disebutkan bahwa Kamus Merriam-Websteryang paling mutakhir mendefinisikan integritas sebagai ketaatan yang kuat pada sebuah kode, terutama skor sopan santun atau skor artistik tertentu. Definisi laindari beberapa spesialis disebutkan: Jim Burke (Johson & Johson) menyebutnya sebagai ”suatu mekanisme yang membikin individu dan organisasi mempercayai Anda”; Millard Fuller (Habitat for Humanity) menggambarkan integritas sebagai ”konsistensi terhadap apa yang dianggap benar dan salah dalam hidup Anda”; Shelly Lazarus (pimpinan dan CEO Ogilvy Mather Worldwide) membeberkan orang yang berintegritassebagai “mengedepankan serangkaian kepercayaandan kemudianbertindak berdasarkan prinsip”; Wayne Sales (presiden dan CEO Canadian Tyre) memberikan definisi yang sederhana, adalah “Integritas berarti melaksanakan hal yang benar”; Diane Peck (Safeway) percaya bahwa ”setiap individu wajib mendefinisikan sendiri arti integritas”.
Semuapengertian terakhir tersebutmerupakan pengertian khusus mengenai integritas.Lazimnya,pengertian khusus seperti itulah yang banyak dimiliki oleh orang saat memikirkan perihal integritas diri.
Dimensi Dasar Diri Manusia
Mengacu pada pengertian yang lebih luas perihal integritas, perlu ditunjukkan sedikit perihal dimensidasar diri manusiayang terdiri dari unsur lahiriah, sosial,dan mental-spiritual (kejiwaan).Dimensi lahiriah adalah dimensi yang paling nyata dalam diri manusia, dalam arti dapat dipandang, diraba, dikuasai, dan sebagainya. Orang yang mempunyai integritas diri berarti juga orang yang mempunyai perkembangan lahiriah yang baik, sehat,dan segar. Keadaan lahiriah seperti itu diperoleh berkat perhatian yang diberikan bagi pemeliharaan dan perkembangan lahiriah secara baik. Kesehatan secara lahiriah sungguh-sungguh mendukung perkembangan dan kemajuan dimensi diri yang lain. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat dengan bermacam-macam kekayaannya.
Dimensi mental-spiritual (kejiwaan) adalah dimensi „dalam‟ dari manusia yang hakikatnya adalah aspek kejiwaan, unsur-unsur kerohanian, dan hal yang berhubungan dengan mental spiritual dan unsur batiniah lainnya. Kini dimensi mental kejiwaan itu telah diperinci ke dalam beberapa unsur yang dapat ditunjukkan satu per satu, melainkan tetap adalah suatu kesatuan yang saling melengkapi. Elemen tersebut tampil dalam wujud kecerdasan, dengan rincian: kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosionil (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Orang yang mempunyai integritas diri adalah orang yang mempunyai perkembangan baik dan setara dari segala unsur-unsur kejiwaan/mental tersebut.
Kecerdasan intelektual (IQ=Intellectual Quotient) diilustrasikan dengan komputeryang mempunyai tingkat “IQ” yang tinggikarena dapat beroperasi secara kencang, hampir tanpa kesalahan sama sekali. Tetapi, wajib diakui juga bahwa otak manusia jauh ebih rumit dan rumit dibandingi dengan komputer hasil buatan manusia. Setepatnya kecerdasan intelektual berada di kawasan otak, adalah turunan lahir, yang cenderung bersifat seri dan mekanistis.
Kecerdasan emosionil (EQ = Emotional Quotient)adalah kemampuan untuk menyemangati diri sendiriyang membikin seseorang dapat bertahan dalam menghadapi frustrasi, dapat membatasi dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mampu membatasi suasana hati,dan menjaga supaya bobot stres tidakmelumpuhkan kemampuan berpikir (Daniel Goleman, 2002).
Kecerdasan spiritual (SQ)dipahami sebagai kekuatan intuisi yang tajamuntuk memandang kebenaran paling dalamyang menuntaskan kemampuan intelektual semata. Kecerdasan itu kemudian masuk ke kesadarandan walhasil masuk ke penghayatan hidupyang akan membikin orang hidup lebih toleran, terbuka dan jujur, berlaku adil dan penuh cinta. Dari kecerdasan bergerak menuju ke kearifan dan meraih kebahagiaan spiritual, spiritual happiness(Sukidi, 2002:137).
Dimensi sosial dari manusia telah semakin dipahami dan diakui sebagai salah satu dimensi dasar diri manusia di dunia ini. Kebutuhan yang berhubungan dengan dimensi sosial,meliputi keperluan akan penerimaan, mencintai dan dicintai, pengakuan dan persahabatan,serta segala wujud relasi sosial lain. Orang yang mempunyai integritas diri adalah orang yang mempunyai sensitifitas dan keterampilan sosial dalam kehidupanbersama.
Dari keterangan tersebut, integritas diri dipandang sebagai perkembangan setara dan terpadu dari bermacam-macam dimensi penting diri manusia, menyangkut lahiriah, psikis,dan sosial. Orang yang mempunyai integritas diri adalah orang yang telah menempuh kemajuan yang baik, setara,dan terpadu dari bermacam-macam unsur penting dari dirinya. Oleh karena itu, berkeinginan mempunyai integritas diri yang tinggi berarti wajib memberi perhatian yang memadai bagi perkembangan dan kemajuan dirinya secara utuh. Ia wajib memandang peningkatan kemampuan fisiknya, wajib mengoptimalkan kemampuan IQ-nya, mengoptimalkan kematangan emosinya,serta meningkatkan kemampuan SQ-nya. Juga melatih terus menerus sensitifitas dan keterampilan sosialnya.
Keunggulan Integritas
DiriIntegritas diri dapatjuga secara khusus dipandang sebagai yang berhubungan dengan dimensi kejiwaan/mental/spiritual dari manusiatanpa terlalu mengaitkannya dengan dimensi sosial, apalagi dimensi lahiriah.Integritas diri dipandang sebagai sikap mental kejiwaanyang selalu tetap dalam melaksanakan kehidupannya. Ia hidup tetap dengan skor baik dan benar yang diyakininya. Keyakinan itubukan sebagai yang bersifat buta, melainkan yang masuk nalar dan dapat diterima oleh banyak orang. Orang lain mengakuinya sebagai yang mempunyai integritas diri justru karena mereka ikut membetuli konsistensi yang dimiliki orang tersebut beserta skor yang dianutnya.
Dari surveilisan yang pernah dijalankan terhadap sejumlah CEO, pimpinan dunia usaha, dan eksekutif puncak perusahaan di seluruhdunia, Adrian Gostick dan Dana Telford, dalam buku mereka, Keunggulan Integritas(2006),disebutkan beberapa karakteristik yangsecara tetap diperlihatkan oleh orang yang berintegritas tinggi, adalah: Menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting; Menemukan yang benar (saat orang lain hanya memandang warna abu-abu); Bertanggung jawab; Menciptakan tradisi kepercayaan; Menepati janji; Peduli terhadap kebaikan yang lebih besar; Jujur dan rendah hati; Berbuat bagaikan tengah diawasi; serta Tetap
Menyadari bahwa Lazimnya Dikala Cuma Penting
Jarang sekali orang kehilangan integritas secara mendadak. Memperhatikan dimulai dengan menurunnya standar integritas secara pelan hingga susah disadaridan sukar dihentikansampai walhasil menempuh akhir yang mematikan. Ia seorang si kecil, orang mengawalinya dengan mencuri permen dan bukan kendaraan beroda empat. Dalam kaitan dengan integritas, hal kecil itu penting. Oleh karena itu, untuk mempunyai keunggulan integritas, orang tidak boleh mengesampingkan hal kecil, seperti berbohong untuk hal sederhanaatau mengambil sesuatu milik orang lain tanpa izin (mencuri), sekecil apa bahkan itu. Membangun integritas diri berarti mengawalinya dan memperlihatkannya dari hal kecil.
Menemukan yang Benar (Setelah Orang Lain Ide Demikian Warna Abu-Abu)
Disini yang dibutuhkan bukanlah kemampuan superuntuk mengetahui dengan pasti yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Lazimnya yang terutama dibutuhkan adalah janji untuk menghabiskan waktu dan kekuatan untuk menemukannya. Joe Badaracco, seorang yang tergolong spesialis sopan santun bisnis dari Harvard mengatakan bahwa pertanda seorang berintegritas tinggi adalah mutu pertimbangannya saat mengambil keputusan yang susah yang mungkin dapat dipandang dari mutu keputusannya. Sekiranya mendukung kita untuk menganalisa lebih dalam, bukan sekedar melihatnya dari sudut pandang benar salah yang terlalu menyederhanakan masalahkarena acap kali kali kita berhadapan dengan keputusan yang dapatbenar dan dapatpula salah (abu-abu).
Setelah memahami segala fakta, telah mendengar usulan dari bermacam-macam pihak yang dapat diandalkan (penasehat), dan yakin dapatjujur dengan keputusan Anda itu, dengarlah intuisi Anda. Anda wajib merefleksikan keputusan yang diambil. Kaisar Roma, Marcus Aurelius, seorang raja yang juga filsuf, selalu menyempatkan waktu untuk apa yang dia namakan ‟saat hening‟. Ia dasarnya adalah memperlambat tempo untuk memperdengarkan apa yang dinyatakan oleh intuisinya.
Untuk mengambil keputusan yang benar dapatjuga dengan sistem melihatnya dari pihak yang terpengaruh oleh keputusan tersebut. Lazimnya itu berarti menempatkan diri pada posisi pihak yang kena imbas keputusan itu. Tetapi seperti itu searah dengan generalisasi etika sopan santun sebagaimanadikemukakan oleh Immanuel Kantyang lazim disebut sebagat the golden ruleatau kaidah emasyang lazim dirumuskan sebagai berikut:
Integritas Diri… (Antonius Atosökhi Gea)21”Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri berkeinginan diperlakukan” (positip). Atau secara negatif: “Jangan perbuat terhadap orang lain apa yang Anda sendiri tidak inginkan diperbuat terhadap diri Anda”(Bertens, 1997:169).
Ukuran lain untuk meyakinkan kebenaran suatu keputusan yang diambil adalahbertanyalah terhadap diri sendiri apakah Anda berkeinginan dikenang sebagai orang yang ikut serta dalam pengambilan keputusan itu. Sekiranya Anda berkeinginan dikenang sebagai pengambilkeputusan atau yang ikut serta dalam pengambilan keputusan itumaka besar kemungkinan keputusan itu benar. Jadi, orang berintegritas tidak akan bertindak sembarangan, tanpa didahului pertimbangan yang luas dan dalam.
Bertanggung Jawab Kata
“Tanggung jawab” berhubungan dengan “jawab”, berarti dapat menjawab, seandainya ditanyai mengenai tindakan yang dijalankan. Orang yang bertanggungjawab bukan saja dia dapatmenjawab, melainkan harusmenjawab, dalam arti wajib memberi dan tidak dapatmengelak mengenai perbuatannya dan apayang dilakukannya. Jawaban itu wajib dapatdia berikan terhadap pihak yang membutuhkan jawabannyadan itu dapatkepada dirinya sendiri, terhadap masyarakat luas, dan bahkan terhadap Janji, seandainya dia orang beragama dan beriman (Berten, 1997:125).
Arti kata tanggung jawab dapat juga dipandang melewati kata bahasa Inggris, adalah responsbility. Kata itu adalah gabungan dari dua kata, adalah response, yang berarti respon, dan ability, yang berarti kemampuan. Janji hurufiah responsbilityatau yang kita artikan sebagai tanggung jawab berarti kemampuan memberi respon. Dalam kaitan dengan profesi, tanggung jawab dapat diistilahkan sebagai kemampuan dalam merespon dan menuntaskan profesi yang dijalankan (F.X.Oerip S. Poerwopoespito, 2000:216). Kita dapatdianggap juga bertanggungjawab seandainya profesi tidak selesai melainkan kita dapat memberi penjelasan yang masuk nalar dan dapat diterima kenapa hakekatnya profesi itu tidak selesai. Salah satu wujud pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi tanggung jawab adalah mengundurkan diri dari jabatan. Orang yang mempunyai integritas diri tidak pernah lari dari tanggung jawabnya.
Membudayakan KepercayaanSuatu hal tertentu hanya dapatbertahan seandainya telah dibudayakan. Kepercayaan adalah tali pengikat dalam kehidupan bersama, baik dalam kelompok sosial kecil seperti keluarga dan sahabat dekat, maupun dalam kelompok sosial besar seperti organisasi bisnis dan kategori masyarakat lainnya. Orang yang dapatmemperlihatkan dirinya sebagai orang yang dapat diandalkan, itulah yang mempunyai integritas diri. Seorang pimpinan bukan saja hanya tetap menerapkan peraturan kategori dengan baiktetapi dia sendiri wajib dapatmemperlihatkan hal itu dalam dirinya. Ia sendiri menjadi embodiment of valuesbagi bawahan dan kelompoknya.
Orang akan semakin dapatdipercaya seandainya dia membuang segala kepalsuan dan kepura-puraan dalam dirinya. Ia tampil apa adanya, melainkan tetap bijak dalam bertindak.Orang seperti itudapat memancarkan imbas positif pada lingkungan sekitarnyasehingga orang-orang di sekitarnya akan mengalami suasana yang mendukung mereka untuk menghasilkan mereka orang-orang yang dapat diandalkan juga. Lama kelamaan kondisi itu akan menghasilkan lingkungan, adalah kepercayaan (saling percaya) menjadi tradisi, menjadi pola hidup yang telah terinternalisasi.
Menepati JanjiJanji atau perjanjian dapatterjadi antara satu individu dengan individu lain, antara individu dengan kategori, atau sebaliknya antara satu kategori dengan individu, dan juga antara satu kategori dengan kategori lain. Tetapi, yang memperoleh perhatian utama disini adalah janji seorang pribadi yang dituntun, baik terhadap individu atau kategori lain. Entah terhadap siapa bahkan hal itu dituntun, hanya berupa verbal atau telah dituliskan di atas kertas bermaterai, janji terutamaadalah dilema sopan santun. Ungkapan “Ilahi wajib ditepati” memang adalah suatu sikap moralkarena janji adalah sebuah kewajiban sopan santun yang mengikat batin setiap orang yang mengungkapkannya. Ilahi menuntut pemenuhan, entah terhadap siapa bahkan janji itu diberikan.
Ilahi mempunyai lingkup yang sungguh-sungguh luas. Ilahi keloyalan, contohnya janji keloyalan suami-istri, janji keloyalan dalam tugas kenegaraan (sumpah jabatan), janji dan janji untuk berprofesi dengan baik, janji untuk tidak melanggar perintah Janji, janji untuk mengembalikan barang pinjaman, janji untuk taat pada pimpinan, janji untuk memberikan yang terbaik dalam hidupnya, dan sebagainya. Berbuat janjiyang disebutkan, masih ada juga janji kita pada diri kita sendiri, seperti janji untuk menghentikan suatu tindakan atau tindakan yang telah kita sadari sebagai bertentangan dengan kebaikan, baik terhadap diri kita sendiri, sesama,Janji dan dunia. Ilahi adalah utangyang wajib dilunasi. Orang berintegritas tinggi akan setia memenuhi janjinya, entah apa bahkan resiko yang wajib dipikulnya.
Peduli pada Kebaikan yang Lebih Besar
Orang kadang bahkan acap kali dihadapkan pada kondisi ketikadia wajib mengambil keputusan dan tindakan yang akan membawa konsekuensi tertetu dalam kehidupan. Masing-masing keputusan dan tindakan yang dilakukuan membawa konsekuensi, entah konsekuensi baik maupun konsekuensi buruk, dengan imbas yang tidak sama besar. Ia munculkonflik antara kepentingan pribadi dan kategori, antara kepentingan kategori,dan kepentingan orang banyak. Di lingkungan profesi (perusahaan) contohnya, acap kali terjadi konflik antara kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan, tujuan pribadi dan tujuan perusahaan. Seseorang disebut mempunyai integritas diri seandainya dia memperlihatkan kepedulian terhadap kebaikan yang lebih besar, mengedepankan agenda yang lebih besar dari pada agenda pribadi dan terbatas. Karakteristik paling nyata dari orang dengan integritas tinggi adalah tingkat egoismenya yang rendah.
Jujur dan Rendah Sekiranya
Jujur acap kali diistilahkan secaranegatif, adalah tidak berbohong.Berhasil jujur berarti berbohong. Arti kata berbohong hakekatnya hanya berarti mengatakan sesuatu yang tidak benar. Tetapi, kata dusta sendiri, seperti halnya kata kejujuran, mempunyai konotasi etis. Dengan demikian, berbohong berartisuatu tindakan sengaja, dengan tujuan buruk, memberi tahu info yang salah terhadap pihak lain.
Dengan kata jujur kita dipinta untuk mengatakan yang benar dan tidak memberi tahu info yang salahyang didorong oleh tujuan buruk. Kita didesak untuk wajib berkata benartetapi tidak perlu segala kebenaran wajib kita ungkapkan. Lazimnya yang tidak pernah boleh kita lakukanadalah memberi tahu info palsu yang menyesatkan, terutama seandainya hal itu dijalankan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan buruk. Artinya, info palsu yang kita berikan itu kita tahu bahwa menyesatkandan kita tahu juga bahwa info salah yang kita berikan itu akan diaplikasikan orang dan saat diaplikasikan akan membawa akibatburuk.
Kita tetap terikat untuk tidak melaksanakan tindakan penipuan, walaupun penipuan yang kita lakukan itu tidak dikenal orang, baik orang atau kategori yang menjadi sasaran seketika dari penipuan kita maupun orang atau pihak lain yang tidak terpengaruh seketika dengan penipuan kita. Kejujuran itu wajib disertaidengan kerendahan hati, terutama saat kita hendak mengakui kesalahan diri sendiri dan mengakui keunggulan orang lain.
Berbuat Bagaikan Tengah DiawasiKalau kitasedang diawasi oleh orang laindan bahwa kita benar-benar menyadari hal itu, kita tentu akan lebih hati-hati dalam segala hal yang akan kita lakukan. Kita akan selektif dalam mengeluarkan kata yang akan kita ucapkan, kita akan membatasi setiap gerakan kita, dan akan berupaya membatasi bermacam-macam dorongan dan tindakan yang berdasarkan kita akan dicela seandainya kita melakukannya.Jadi, saat sedang diawasi, orang akan mempunyai kontrol diri yang baik dan hampir pasti berupaya untuk tidak melaksanakan hal yang buruk.
Orang yang mempunyai integritas diri tidak mudah lepas kontrol atas bermacam-macam tindakannya, terutama untuk hal yang mempunyai dimensi etis (soal baik-buruk). Ia berlaku dan bertindak seakan-akan sedang diawasi, bukansaja oleh beberapa pasang matatetapi juga oleh mata batinnya sendiri dan bahkan mata Janji yang adalah hakim, yang senantiasamenjatuhkan penilaian pada dirinya dan pada apa yang dilakukannya.Bagi seorang yang mempunyai integritas diri, ada atau tidak ada orang, dia tetap waspadaatas apa yang akan dilakukannya. Ia selalu merasa sedang bertindak di depan hakim, yang senantiasamengetahui dengan baik segala apa yang dilakukannya. Kesadaran ini tidak hanya sebagai alat kontrol atau pengekang untuk tidak melaksanakan hal Character BuildingJournal, Vol. 3No. 1, Juli2006: 16-2624yang buruk, melainkan juga sebagai penunjang untuk selalu berupaya melaksanakan hal yang baik dan benar. Lazimnya itusemakin menemukan bobot sopan santunnya saat dihayati bukan sebagai paksaan (karena perasaaan adanya hakim yang sedang menilai), melainkan sebagai keutamaan, sebagai ungkapan perihal diri sendiriyang memang adalah baik.
KonsistenSecara singkat,tetap dapat dimengerti sebagai kesesuaian antara perkataan dan tindakan. Orang yang tetap tidak terpengaruh oleh perubahan di luar dirinya, Uang, kekuasaan, dan imbas lainnya, dapatdatang dan pergi melainkan sikap, perkataan,dan tindakan orang yang tetap tidak lepas dari skor sopan santun yang dianutnya. Orang yang tetap lazimnya terus terang. Mereka merasa percaya diri dalam mengatakan apa yang mereka yakini. Tanpa basa-basi. Mereka berani. Lazimnya itu juga menghemat banyak waktudan adalah praktik yang baik.
Orang yang mempunyai konsistensi lazimnya hampir dapatdiduga (keterdugaan etis), adalah orang dapatmenduga dia bertindak atau bereaksi apa hampir dalam segala kondisi. Kita tahu apa yang akan mereka lakukandan bagaimana walhasil. Sekiranya dia seorang atasan sedang berhadapan dengan bawahan yang melanggar peraturan, kita dapatduga dia akan bertindak apa. Kita tidak memandang tindakannya yang lain dari apa yang selalu dia nyatakan dalam banyak kesempatan. Konsistensi dapat dipandang juga dalam banyak praktik kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis. Konsistensi terjadi seandainya ada kesesuaian antara yang dijanjikan dengan apa yang diberi tahu dalam kenyataanyang secara nyata dapat disaksikan atau dialami oleh banyak orang. McDonald’smengalami berhasil rentang panjang didalam industri makanan kencang saji karena konsistensinya. tersebut bukan terutama karena saus rahasia, makanan, daerah yang bersih, atau iklan pemasaran yang hebat.
Dalam salah satu pidatonya, Abraham Lincoln mengambil posisi yang membuatnya kalah dalam persaingan memperebutkan kursi Senat Amerika Serikat saat melawan Stephen Douglas. Sekiranya mengatakan, Amerika tidak akan dapatbertahan hidup seandainya parlemennya terdiri dari orang yang “separuh bebas dan separuh budak”. Sekiranya tahu persis konsekuensi kata-katanya itu, melainkan Lincoln lebih menyenangi kalah dengan terus berpegang pada kata-kata itu ketimbang menang tanpanya. melainkan, integritas yang membuatnya kehilangan kursi senat itu telah membuatnya memenangi kursi kepresidenan.
Memang semuanya itu adalah bagian dari formula rahasia McDonald’s. melainkan,kekuatan hakekatnya dari perusahaan itu berlokasi pada konsistensi yang ditunjukkan oleh setiapgerainya yang terbentang dari Hongkong hingga Wisconsin. Setelah memesan Double Arches, Anda tahu persis apa yang akan Anda temukan.Pentingnya Integritas DiriPenghargaan yang terbesar terhadapintegritas adalah salah satu warisan yang dimiliki bangsa Amerika. Lazimnya itumengalir dari karakter para pemimpin mula-mula bangsa ini.
Integritas diri yang dimiliki oleh seseorang, terutama oleh seorang pemimpin, mempunyai imbas sungguh-sungguh besar bagi kehidupan yang menyertainya. Mengecek integritas diri dapat juga meliputi penilaian apakah seorang pemimpin dapatmemanfaatkan wewenangnya dan mengambil risiko untuk membikin tindakan koreksi dari yang populer hingga yang tidak populer sekalipun (Eileen Rachman, 2006).
Integritas diri seorang presiden bertahan jauh lebih lama ketimbang kebijakan yang diambilnya. Amerika sekarang jauh lebih besar sebagai masyarakat, lebih berkuasa,dan berhasil sebagai bangsa berkat Washington, Adams, dan Lincoln; karena Eisenhower, Truman, dan Reagan. Lazimnya yang kurang lebih sama dapatkita lihat juga dalam negara lain yang mempunyai kemantapan dan kestabilan yang semakin baik dalam bermacam-macam bidang kehidupan. Atau juga dalam lembagalain, seperti institusi keagamaan dan lembagaswasta lainyang mempunyai kemantapan dan kestabilan yang semakin baikserta mampu bertahan dalam bermacam-macam kondisi sosial masyarakat dan bahkan dunia sekalipun. itu pastilah berhubungan karena integritas yang dimiliki oleh para pemimpin dari institusi itu.
Pribadi yang Integritas
Seorang pribadi yang mempunyai integritas, dalam dirinya terdapat ciri-ciri berikut. Pertama, dia mempunyai lahiriah yang sehat dan bugar, mempunyai kemampuan hidup sosial yang semakin baik,mempunyai kekayaan rohani yang semakin mendalam, dan mempunyai mental yang kuat dan sehat. Kedua, kadar konflik dirinya rendah. Sekiranya tidak berperang melawan dirinya sendiri (pribadinya menyatu). Dengan demikian,dia mempunyai lebih banyak kekuatan untuk tujuanproduktif. Ketiga, mempunyai kemampuan dalam membenahi batin hingga menempuh tahap kebebasan batin dalam arti tidak mudah diombang-ambing oleh gejolak emosionil dan perasaan sendiri. Keempat, semakin mempunyai cinta yang personal/kedekatan hidup pada Janji sehingga mampu menanggung risiko dan konsekuensidari pilihan hidup religiusnya. Kelima, seorang yang tidak mudah binggung perihal mana yang benar atau salah, baik atau buruk, demikianpula persepsinya perihal tingkah laku yang benar tidak mengalami banyak keraguan.
Baca Juga : Teks Ulasan
Keenam, seseorang yang mempunyai kemampuan memandang hidup secara bening, memandang hidup apa adanya,dan bukan berdasarkan keinginannya. Seseorang tidak lagi bersikap emosionil, melainkan bersikap lebih objektif terhadap hasilpengamatannya. Ketujuh, orang ini juga dapat membaktikan tugas, kewajiban atau panggilan tertentu yang dia pandang penting. Sebab berminat pada pekerjaannya itu, dia berprofesi keras. Baginya, berprofesi memberikan kegembiraan dan kenikmatan. Rasa bertanggungjawab atas tugas penting adalah syarat utama bagi pertumbuhan, aktualisasi diri,serta kebahagiaan.